Pengusaha Penggilingan Teriak, Pengusaha Beras Modal Besar Berkuasa

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
22 February 2024 16:35
Sutarto Alimoeso (CNBC Indonesia TV)
Foto: Sutarto Alimoeso (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso meminta pemerintah segera membatasi investasi baru perusahaan penggilingan padi dan beras di dalam negeri. Sebab, sudah terlalu banyak.

Mengutip publikasi BPS "Pemutakhiran Direktori Usaha/Perusahaan Industri Penggilingan Padi (PIPA) tahun 2020", ada 169.789 unit penggilingan padi pada tahun 2020. Jumlah itu menyusut dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 182.199 unit. Disebutkan, 95,06% dari penggilingan padi tahun 2020 adalah berskala kecil. Atau sekitar 161.401 unit. Sedangkan yang skala besar hanya 0,62% atau 1.056 unit.

Kemampuan penggilingan skala kecil adalah kurang 1,5 ton beras per jam, sedangkan yang besar bisa mencapai 3 ton beras per jam.

"Sekarang banyak pelaku bisnis pemodal besar. Nah pelaku bisnis pemodal besar inilah yang menjadi penentu harga gabah di lapangan. Jadi harga gabah itu ditentukan oleh pelaku-pelaku yang memiliki modal besar," katanya dalam Profit CNBC Indonesia, Kamis (22/2/20224).

Akibatnya, kata dia, penggilingan padi di desa-desa menjadi tak kebagian. 

"Nah itulah yang saya selalu mengusulkan kepada pemerintah. Janganlah membangun pabrik-pabrik beras baru, apalagi pabrik beras besar. Lebih-lebih kalau itu dananya adalah dana investasi asing," cetusnya.

" Ini kan pangan Nasional, pangan strategis yang harus kita jaga," ujar Sutarto.

Menurut Sutarto, kondisi perberasan di dalam negeri kini sudah berubah. Dia mengungkapkan, harga beras/ gabah di lapangan kini tak lagi terpengaruh posisi stok pemerintah. 

"Kalau dulu, terus terang, dengan pemerintah punya stok yang cukup banyak itu menjadi ukuran. Itu akan menjadi konsideran para pelaku bisnis di lapangan. Jadi kalau mau menaikkan harga itu berfikir kalau pemerintah punya stok yang banyak. Itu satu," kata Sutarto.

Kedua, terangnya, kini pengusaha beras skala besar jadi penentu harga di lapangan. 

Dia menuturkan, saat ini terjadi kisruh beras, mulai dari harganya yang terus menanjak naik, hingga kemudian sempat langka di ritel modern, bukan lah terjadi tiba-tiba.s kita bersama untuk memperbaikinya.

"Kemudian kita tahu bahwa rantai distribusi gabah dan beras ini memang menunjukkan bahwa sangat panjang bahkan ada mungkin.  Pak Mujib (Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Mujiburrohman) setidak-tidaknya mengatakan sedikit rumit begitu ya atau ruwet. Inilah yang seharusnya menjadi prioritas kita bersama untuk memperbaikinya," pungkas Sutarto.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penggilingan Padi Banyak Tutup, Ini Titah Jokowi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular