
5 Fakta Terungkap, Ini Biang Kerok Ambruknya Ekonomi Jepang

Jakarta, CNBC Indonesia-Jepang kehilangan mahkotanya sebagai kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Posisi itu kini jatuh kepada Jerman, sementara Jepang kini berada di posisi keempat.
Jatuhnya peringkat Jepang ini terjadi seiring dengan jatuhnya negara sakura itu ke jurang resesi. Resesi sendiri merupakan penurunan ekonomi atau ekonomi negatif, selama dua kuartal atau lebih, dalam satu tahun.
Jepang, yang pernah menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, melaporkan kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Ekonomi turun 0,4% secara tahunan pada kuartal IV-2023, sebelumnya negara ini juga melaporkan kontraksi atau minus 3,3% pada kuartal III-2023.
Terkait dengan runtuhnya ekonomi Jepang ini, berikut merupakan indikator-indikator Jepang selama 2023.
Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB Jepang sedang tidak baik-baik saja. Sepanjang 2023 ekonomi sebenarnya tumbuh, namun mengalami kontraksi 2 kuartal berturut-turut. Ekonomi turun 0,4% pada kuartal IV 2023 secara tahunan (year-on-year/yoy), setelah melaporkan kontraksi atau minus 3,3% pada kuartal III-2023.
Sepanjang tahun 2023, PDB nominal Jepang tumbuh 5,7% dibandingkan tahun 2023. Ini sekitar 591,48 triliun yen (Rp 61.673 triliun).
Inflasi
Inflasi di Jepang sepanjang 2023 sebenarnya bisa disebut relatif terkendali. Angka inflasi paling tinggi tercatat terjadi pada bulan April 2023 yang mencapai 3,5%. Sementara, sepanjang awal tahun hingga kuartal ke-III inflasi bergerak di rentang 3%-3,5%.
Di akhir tahun, inflasi Jepang turun di bawah 3%, yaitu sebesar 2,8% pada November 2023 dan 2,6% pada Desember 2023.
Konsumsi Dalam Negeri
Pengeluaran rumah tangga di Jepang menurun secara riil sebesar 2,5% secara year on year pada Desember 2023. Penurunan ini lebih buruk dari konsensus pasar yang menyatakan penurunan 2,1%. Sementara pada November, konsumsi rumah tangga di Jepang juga mengalami penurunan sebesar 2,9%, menandai penurunan selama 10 bulan berturut-turut. Di Jepang, pengeluaran rumah tangga mengacu pada konsumsi untuk makanan, perumahan, utilitas, kesehatan hingga rekreasi.
Sebaliknya, tingkat tabungan rumah tangga di Jepang justru tumbuh pesat. Pada Desember 2023, rata-rata masyarakat Jepang menyisihkan 60,30% pendapatannya untuk ditabung. Angka tersebut bahkan lebih tinggi dari bulan November yang hanya 23,70% pendapatan masyarakat Jepang diubah menjadi tabungan.
Sebagaimana diketahui, tabungan personal di Jepang rata-rata adalah 13,16% sejak 1963. Sementara rekor tabungan tertinggi terjadi pada Juni 2020, ketika rata-rata orang Jepang menabung 62,10% pendapatannya.
Suku Bunga BOJ
Bank sentral Jepang atau Bank of Japan mempertahankan tingkat suku bunga jangka pendeknya sebesar -0,1% pada akhir 2023. Kebijakan suku bunga negatif ini tetap dipertahankan hingga awal tahun 2024.
Pengangguran
Tingkat pengangguran Jepang turun menjadi 2,4% pada Desember 2023. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tingkat pengangguran pada Oktober yang mencapai 2,5%. Per Desember 2023, jumlah pekerja di Jepang mencapai 67,54 juta, sementara pengangguran mencapai 1,56 juta orang. Terdapat 127 lowongan pekerjaan untuk setiap 100 pencari kerja.
(rsa/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Terkini Jepang Terancam Resesi, Ekonomi Kontraksi