Sri Mulyani & Airlangga Tanggapi Resesi Jepang, Bahaya Buat RI?
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membagikan pandangannya mengenai resesi yang dialami oleh Jepang pada awal tahun ini. Ekonomi Jepang terkontraksi 0,4% pada kuartal IV-2023, menurut data PDB riil Kantor Kabinet yang dirilis pada hari Kamis pekan lalu
Menurutnya, krisis yang terjadi di Jepang dipicu oleh suku bunga acuan masih cukup tinggi dan diperkirakan bertahan dalam waktu yang lama. Hal ini akan menekan perekonomian negara tersebut.
"Jadi pasti mempengaruhi kinerja ekonomi mereka itu yang sebabkan kenapa proyeksi dan outlook ekonomi bagi banyak negara terutama G7 ya dalam hal itu, itu akan cenderung melemah dan itu menjadi tantangan untuk lingkungan global kita semuanya," papar Sri Mulyani, dikutip Rabu (21/2/2024).
Di sisi lain, dia menilai ada faktor perang di berbagai wilayah yang belum selesai, sehingga mempengaruhi perekonomian global.
"Negara-negara maju seperti yang tadi disebutkan yang mengalami resesi ya memang mereka sudah cukup lemah, entah karena perang di Ukraina yang mempengaruhi terutama Eropa, tapi juga Jepang dan Eropa secara general juga akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi terutama suku bunga," tegasnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai resesi Jepang akan mendatangkan keuntungan untuk Indonesia. Pasalnya, pola perilaku investor biasanya akan berpindah dari negara yang ekonominya tengah melambat, ke negara-negara yang ekonominya masih mencatatkan pertumbuhan tinggi, seperti Indonesia dan negara ASEAN lainnya.
"Biasanya kalau dalam waktu resesi mereka butuh pertumbuhan ekonomi," kata Airlangga dalam kesempatan terpisah, Rabu (21/2/2024).
"Nah mereka akan melihat salah satu yang region bisa tumbuh adalah ASEAN, jadi justru dengan resesi di sana saya berharap investasi dari sana akan semakin mengalir," tegas Airlangga.
Kendati demikian, Airlangga menuturkan pemerintah tetap waspada, mengingat Jepang merupakan negara tujuan ekspor utama RI. Untuk itu, Satgas Peningkatan Ekspor Nasional yang diketuai oleh Airlangga telah menetapkan 12 negara prioritas tujuan ekspor Indonesia. Ini merupakan strategi dalam menjaga neraca perdagangan Indonesia di tengah kondisi dinamika global.
Adapun, 12 negara prioritas tujuan ekspor Indonesia yakni Arab Saudi, Belanda, Brazil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, UEA, dan Vietnam.
Satgas juga menetapkan sejumlah produk ekspor prioritas a.l.ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, TPT dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan.
(haa/haa)