Internasional

Bakal Dibom 'Senjata AS', Israel Ancam Hancurkan Rafah di Bulan Puasa

sef, CNBC Indonesia
20 February 2024 10:12
Warga Palestina melihat kehancuran pasca serangan Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Rafah, Jalur Gaza, Jumat, 16 Februari 2024. (AP Photo/Hatem Ali
Foto: Rafah (AP Photo/Hatem Ali

Jakarta, CNBC Indonesia - Israel mengancam akan menyerang Rafah di Gaza pada awal bulan Ramadan jika Hamas tidak mengembalikan sandera yang tersisa pada saat itu. Ancaman ini muncul meski ada tekanan internasional untuk melindungi warga sipil Palestina yang berlindung di kota selatan tersebut.

"Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu - jika pada bulan Ramadhan para sandera kita tidak ada di rumah, pertempuran akan berlanjut di mana-mana, termasuk wilayah Rafah," kata Benny Gantz, pensiunan kepala staf militer, pada konferensi para pemimpin Yahudi Amerika di Yerusalem dikutip AFP, Selasa (20/2/2024).

"Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera dan warga sipil Gaza bisa merayakan hari raya Ramadhan," tambah Gantz.

Ramadan atau bulan suci yang akan dijalankan dengan berpuasa oleh umat Islam, diperkirakan akan dimulai sekitar 10 Maret mendatang.

Gantz mengatakan serangan itu akan dilakukan melalui koordinasi dengan mitra Amerika dan Mesir untuk "meminimalkan korban sipil sebanyak mungkin".

Sementara itu, dengan berkurangnya prospek perundingan gencatan senjata, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain, serta PBB, telah mengeluarkan seruan yang semakin mendesak kepada Israel untuk membatalkan rencana serangannya terhadap Rafah.

AS sendiri membuat "senjata" untuk melawan Israel di Gaza, Palestina. Washington dilaporkan telah mengusulkan rancangan alternatif resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang menyerukan gencatan senjata sementara dalam perang Israel-Hamas. Washington juga menentang serangan darat besar-besaran Israel di Rafah di Gaza selatan.

"AS menetapkan bahwa dalam kondisi saat ini serangan darat besar-besaran ke Rafah akan mengakibatkan kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil dan pengungsian lebih lanjut termasuk kemungkinan ke negara-negara tetangga," tulis rancangan teks yang dilihat Reuters pada Senin, dikutip Selasa (20/2/2024),

Israel sendiri telah mengumumkan rencana menyerbu Rafah, tempat lebih dari 1 juta dari 2,3 juta warga Palestina di Gaza mencari perlindungan. Ini memicu kekhawatiran internasional bahwa tindakan tersebut akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.

"Tindakan seperti itu akan mempunyai implikasi serius bagi perdamaian dan keamanan regional. Oleh karena itu menggarisbawahi bahwa serangan darat besar-besaran seperti itu tidak boleh dilakukan dalam kondisi saat ini," tambahnya.

Rancangan undang-undang Amerika tersebut juga akan mengutuk seruan beberapa menteri Israel agar pemukim Yahudi pindah ke Gaza. Termasuk menolak segala upaya perubahan demografis atau teritorial di Gaza yang akan melanggar hukum internasional.

Washington selama ini menolak kata gencatan senjata dalam setiap tindakan PBB terkait perang Israel-Hamas. Namun rancangan undang-undang AS tersebut mencerminkan bahasa yang Presiden Joe Biden gunakan dalam percakapannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Respons 'Genosida' Baru Israel di Rafah, Desak Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular