Harga Beras Makin Mahal, Anak Buah Moeldoko Sebut Biang Keroknya Ini

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
19 February 2024 15:50
Stok beras di warung sembako di wilayah Cilegon. (CNBC Indonesia/Damiana Cut Emeria)
Foto: (CNBC Indonesia/Damiana Cut Emeria)

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian Edy Priyono, membeberkan alasan harga beras mahal saat ini. Menurutnya hal ini terjadi imbas dari suplai yang menurun.

Mengutip tabel pangan Badan Pangan Nasional, harga beras jenis medium saat ini Rp 14.080 per kg atau naik Rp 90 (0,64%). Sedangkan harga beras premium Rp 16.090 per kg atau naik Rp 70 (0,44%).

"Suplainya turun harga jadi naik atau sebaliknya," ungkap Edy kepada wartawan di Kantor Staf Kepresidenan, Senin (19/2/2024).

Edy menjelaskan produksi beras tergantung pada musim. Pada Januari - Februari memang produksi cenderung kecil. Sehingga harga beras pada awal tahun 2024 ini cenderung relatif tinggi. Selain itu juga ada faktor fenomena cuaca El Nino yang terjadi dari tahun lalu, sehingga membuat masa tanam padi turun. Bahkan Edy menyebut ada yang terjadi gagal tanam di sejumlah daerah.

"Kenapa mundur? karena kalau nanam padi itu kan butuh banyak air, nah sementara hujan hanya sesekali kemudian kering," jelasnya.

Edy menjelaskan rendahnya produksi juga sudah diproyeksikan BPS sejak November lalu, di bawah 2,5 juta ton. Artinya ada kekurangan suplai yang akan terjadi yang membuat harga beras akan melonjak.

Adapun kenaikan biaya produksi, seperti mahalnya harga pupuk di tingkat petani juga menambah faktor kenaikan harga beras.

"Nah itu kita sadari sepenuhnya bahwa harga beras sekarang itu sangat tinggi, yaitu seperti yang sudah dijelaskan oleh Badan Pangan Nasional karena produksinya kurang, laku biaya produksi, distribusi ada kenaikan sedikit," terang Edy.

Namun Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini juga melihat pada Maret mendatang seharusnya harga beras mulai mengalami penurunan. Melihat masa musim tanam yang dimulai sejak akhir April 2024.

"Maret itu sudah mulai surplus kalau menurut dari hitungan Kementerian Pertanian," ucap Edy.

Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian Edy Priyono. (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)Foto: Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian Edy Priyono. (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian Edy Priyono. (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Pengaruh Bansos 10 Kg Jokowi?

Edy menjelaskan pemberian bantuan pangan beras tidak mempengaruhi kenaikan harga beras. Lantaran beras yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) merupakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog.

"Kan memang sudah ada alokasinya kok, alokasi cadangan beras pemerintah tidak mengurangi alokasi cadangan beras pemerintah yang digunakan untuk stabilisasi harga dan pangan," kata Edy.

"Secara teknokratis enggak masuk tuduhan bahwa bantuan pangan menyebabkan beras naik, bagaimana bisa? wong sumbernnya dari cadangan beras pemerintah yagng sudah ada. Dan cadangan beras Bulog saat ini masih bagus 1,45 juta ton," sambungnya.

Menurut Edy, justru pemberian bansos dari Jokowi berdampak pada penurunan harga. Karena demand masyarakat berkurang hingga berimbas pada penurunan harga.

"Bantuan pangan itu solusi jangka pendek untuk kelompok kurang mampu, ketika harga tinggi. Jadi meski harga tinggi mereka tetap bisa makan," ucapnya.

"Dampaknya secara teori kita bicara suplai demand kalau demand turun harga turun. Teorinya kan 22 juta rumah tangga penerima bantuan nggak beli beras, berarti demand turun seharusnya," tutupnya.


(emy/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mentan Lapor ke Jokowi Jurus Turunkan Harga Beras, Ternyata Begini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular