Manufaktur Raup Investasi Rp3.031 T, Hilirisasi Jokowi Berhasil?

Damiana, CNBC Indonesia
15 February 2024 14:30
Pabrik Feronikel PT Halmahera Jaya Produksi (PT HJF) Harita Group kapasitas 800 ribu ton per tahun di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. (CNBC Indonesia/Suhendra)
Foto: Pabrik Feronikel PT Halmahera Jaya Produksi (PT HJF) Harita Group kapasitas 800 ribu ton per tahun di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. (CNBC Indonesia/Suhendra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, investasi di sektor manufaktur atau industri pengolahan nonmigas nasional mengalami lonjakan signifikan dalam 10 tahun terakhir. Investasi di sektor ini tercapai masih sebesar Rp186,79 triliun pada tahun 2014 lampau, meroket jadi Rp565,25 triliun pada tahun 2023 lalu.

"Secara kumulatif, realisasi investasi di sektor industri pengolahan nonmigas selama 10 tahun periode 2014-2023 sebesar Rp3.031,85 triliun," kata Agus dalam keterangan resmi dikutip Kamis (15/2/2024).

"Investasi di sektor industri pada tahun 2019 sebesar Rp213,44 triliun, naik menjadi Rp259,28 triliun di tahun 2020, naik lagi sebesar Rp307,58 triliun di tahun 2022, dan melonjak hingga Rp457,60 pada triliun tahun 2022," paparnya. 

Tak hanya itu, lanjut Agus, lonjakan investasi di manufaktur menghasilkan efek domino bagi perekonomian nasional. Salah satunya menambah ketersediaan lapangan kerja. 

"Pada periode tahun 2014-2023, capaian jumlah tenaga kerja di sektor industri pengolahan nonmigas cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, jumlah tenaga kerja di sektor industri manufaktur sebanyak 15,62 juta orang, dan naik menjadi 19,29 juta orang pada Agustus 2023," paparnya.

"Kecuali pada tahun 2020, karena terjadi pandemi Covid-19, jumlah tenaga kerja terdampak mengalami penurunan. Namun, setelah pandemi berakhir, kinerja industri kembali berhasil bangkit dan terus tumbuh setiap tahunnya, sehingga jumlah penyerapan tenaga kerja juga ikut naik," sebut Agus.

Lalu apa pemicu lonjakan investasi di manufaktur selama satu dekade terakhir?

Menurut Agus, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama bagi para investor skala global untuk perluasan usaha di sektor industri.

"Selama periode tahun 2014-2023, realisasi investasi di sektor industri pengolahan nonmigas cenderung fluktuatif dengan tren peningkatan. Artinya, para investor masih melihat Indonesia sebagai lokasi yang sangat menarik dan menguntungkan untuk bisnisnya," jelasnya.

"Juga didukung oleh berbagai kebijakan strategis pemerintah yang probisnis melalui pemberian kemudahan izin dan fasilitas insentif," ujarnya.

Di sisi lain, Agus menambahkan, peningkatan investasi di sektor manufaktur memiliki korelasi dengan kebijakan pemerintah dalam memacu hilirisasi sumber daya alam, khususnya sektor pertambangan.

"Artinya, pemerintah sangat konsisten sekali bahwa realisasi investasi tidak hanya didorong oleh sektor jasa. Tapi juga karena prospek membangun industri hilirnya sehingga dapat memperdalam struktur manufaktur kita agar bisa lebih berdaya saing," terangnya.

"Meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19, investor masih memiliki kepercayaan yang tinggi untuk merealisasikan investasinya di Indonesia. Terbukti, pada tahun 2019 sampai 2023, nilai investasi di sektor industri manufaktur juga mengalami peningkatan yang signifikan," kata Agus. 

Dia menjabarkan, realisasi investasi di manufaktur nasional pada tahun 2019 sebesar Rp213,44 triliun, naik menjadi Rp259,28 triliun di tahun 2020, naik lagi sebesar Rp307,58 triliun di tahun 2022, dan melonjak hingga Rp457,60 pada triliun tahun 2022.

Karena itu, ujarnya, pemerintah bertekad untuk terus mendorong hilirisasi industri yang akan berkontribusi signifikan terhadap pemasukan negara melalui pajak ekspor, royalti, pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen.

"Seperti yang Bapak Presiden Jokowi sering kali sampaikan, hilirisasi industri menjadi prioritas nomor satu. Sebagai gambaran, saat masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, kontribusi komoditas nikel nilainya sekitar Rp15 triliun dalam setahun. Setelah masuk ke industrialisasi, nilainya melompat tajam menjadi USD20,9 miliar atau setara Rp360 triliun," papar Agus.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Target Investasi RI Terancam, Ini Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular