
Bakal Ditinggal Jokowi, Sederet Masalah Ini Menanti Presiden Baru RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu hari jelang pemilihan umum presiden yang akan berlangsung besok, Rabu (14 Februari 2023), kalangan pengusaha mewanti-wanti kondisi ekonomi global yang masih belum menentu. Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kadin Sarman Simanjorang menilai calon pemimpin baru yakni presiden dan wakil presiden yang akan datang bakal memiliki beban yang berat.
"Perekonomian dunia sedang tidak baik-baik aja dan bukan hanya Indonesia. Seluruh dunia punya tantangan terhadap kondisi ekonomi masing-masing akibat kondisi ekonomi global diakibatkan geopolitik saat ini, kita tau perang Rusia Ukraina belum selesai ada juga Hamas-Israel, dan ini akan mempengaruhi ekspor-impor energi, pangan. Ini jadi tantangan yang ngga bisa dipungkiri sesuatu PR yang nantinya akan dihadapi pemimpin baru nanti," kata Sarman kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/2/2024).
Apalagi kepemimpinan estafet akan berakhir di Oktober ini. Warisan pertumbuhan ekonomi di atas 5% bisa menjadi modal besar pemimpin ke depan, ekonomi RI bisa tumbuh positif. Harapannya pertumbuhan bisa di atas 5% dengan menggerakkan potensi yang ada dalam negeri.
"Iklim investasi yang sudah bagus akan diperbaiki lagi, sehingga kepercayaan investor tinggi akan makin naik lagi. Karena harus bangga pencapaian investasi kita di 4 tahun luar biasa mencapai dan melebihi target. Jadi ini PR capres ke depan," kata Sarman.
Selain itu, pembangunan infrastruktur harus tetap berlanjut sehingga konektivitas antara daerah bisa tetap terjaga. Dengan begitu, imbuh dia, harga logistik di Indonesia dapat bersaing. Tidak ketinggalan, energi hijau juga harus jadi komitmen presiden baru RI nanti.
"Karena Indonesia punya komitmen ke dunia, target 2060 net zero emission dan salah satunya gimana mampu meningkatkan kapasitas energi terbarukan kita, misal panas bumi geothermal. Kita negara yang punya potensi geothermal terbesar kedua setelah Amerika. Potensi peluang yang harus dikembangkan dan bersumber dari panas bumi," kata Sarman.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BKF Kemenkeu: Kontribusi Pemilu 2024 ke PDB RI Hanya 0,27%
