Internasional

5 Fakta Serangan Israel di Rafah: Misi Penyelamatan-Turki Buka Suara

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Senin, 12/02/2024 22:00 WIB
Foto: Anggota keluarga Abu Mustafa Palestina yang mengungsi, yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel, berlindung di perbatasan dengan Mesir, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 10 Februari 2024. (REUTERS/MOHAMMED SALEM)
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Israel di Jalur Gaza masih berlangsung hingga kini. Dalam perkembangan terbaru, pasukan Negeri Yahudi tersebut telah menyerang wilayah Rafah.

Setidaknya sebanyak 67 warga Palestina tewas dalam serangan dari udara dan laut di wilayah tersebut.

Berikut fakta-fakta terkait serangan terbaru Israel, sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber, Senin (12/2/2024).


Tak Ada Tempat Aman di Rafah

Juru bicara Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), Nebal Farsakh, mengatakan bahwa tidak ada tempat lagi di Gaza yang bisa dikunjungi warga Palestina.=

"Rafah sudah menampung hampir separuh penduduk Gaza. Sejak awal perang di Gaza, orang-orang telah mengungsi ke Rafah mengikuti perintah evakuasi Israel. Keluarga sudah mengungsi hingga 10 kali," ujarnya kepada Al Jazeera.

"Pertanyaannya adalah ke mana orang harus pergi? Tidak ada tempat aman sama sekali dan tidak ada cara untuk mengungsi. Selain itu, infrastruktur yang rusak total, dan kurangnya transportasi juga membuat masyarakat tidak bisa pergi ke mana pun," tambah Farsakh.

Sebanyak 16.000 orang per km persegi kini berlindung di Rafah akibat serangan Israel telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Setidaknya 67 warga Palestina tewas, termasuk bayi dan anak-anak, dalam serangan intensif Israel semalaman di Rafah.

Serangan udara tersebut telah menyebabkan kerusakan besar di Rafah, merusak rumah, tempat usaha dan masjid yang menampung 1,4 juta warga Palestina, sebagian besar dari mereka meninggalkan rumah mereka di Gaza tengah dan utara akibat serangan Israel.

Israel Desak PBB

Israel telah meminta badan-badan bantuan PBB untuk membantu upayanya mengevakuasi warga sipil dari zona perang Gaza menjelang rencana penyisiran darat di Rafah, sebuah kota di perbatasan wilayah tersebut dengan Mesir yang dipenuhi pengungsi Palestina.

"Kami mendesak badan-badan PBB untuk bekerja sama," kata juru bicara pemerintah Eylon Levy dalam sebuah pengarahan. "Jangan bilang itu tidak bisa dilakukan. Bekerjalah bersama kami untuk menemukan jalan."

Misi Penyelamatan

Juru bicara Israel Daniel Hagari telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan misi penyelamatan semalam "menggarisbawahi pentingnya operasi darat kami di Gaza, termasuk Rafah, ketika kondisinya memungkinkan".

Dia menambahkan bahwa militer Israel memiliki "kewajiban moral" untuk memulangkan semua tawanan, sebuah kewajiban yang akan terus dilakukan dengan segala daya untuk dipenuhi.

Respons Palestina

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan bahwa dengan "membunuh, menghancurkan, dan mencoba menggusur warga Palestina di Jalur Gaza, Israel ingin membentuk kembali keseimbangan demografi demi keuntungannya, setelah negara tersebut beralih ke Palestina, untuk pertama kalinya sejak tahun 1948.

Berbicara di awal sidang kabinet mingguan yang diadakan di Ramallah, Shtayyeh mengatakan bahwa 400 hari terakhir adalah yang paling berdarah dalam sejarah kontemporer Palestina.

"Kami memiliki lebih dari 100.000 warga Palestina tewas, terluka dan hilang di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, dan lebih dari 640 orang di Tepi Barat," klaimnya, seperti dikutip kantor berita Wafa.

"Ada juga lebih dari 10.000 tahanan, dan ini bukan angka, melainkan menunjukkan anak-anak, perempuan, orang tua, pemuda dan pemudi, dan ini menunjukkan keluarga dan masyarakat kami, masing-masing memiliki sejarah, status, dan nama, dan memiliki masa depan yang dibunuh oleh Israel."

Turki Ungkap Tujuan Israel

Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa mereka "sangat prihatin" atas serangan intensif Israel terhadap Rafah di selatan Gaza, tempat ratusan ribu pengungsi berlindung.

"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya serangan Israel di kota Rafah di selatan, menyusul kehancuran dan pembantaian yang telah dilakukan Israel di Jalur Gaza," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

"Kami menganggap operasi ini sebagai bagian dari rencana untuk mengusir warga Gaza dari tanah mereka sendiri," tambahnya.

"Kami menyerukan kepada komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan Israel," kata pernyataan itu juga.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Operasi Darat & Udara Israel Tewaskan 30 Orang di Gaza