Heboh Beras Premium Langka, Bos Bulog Ungkap Kondisi Sebenarnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan stok cadangan beras pemerintah (CBP) masih mencapai 1,18 juta ton, termasuk beras premium. Kelangkaan beras premium di ritel modern lantaran mahalnya harga ditingkat produsen.
Hal ini diungkapkan Bayu usai Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai beras, di Istana Kepresidenan, Senin (12/2/2024).
"Stok beras domestik saat ini 1,189 juta ton itu total. itu semua (termasuk yang premium). Kan kami impornya 5%," katanya usai rapat.
Dia pun melanjutkan, realisasi impor beras sejauh ini berada di kisaran 500.000 ton dari alokasi 2 juta ton pada tahun ini. Sehingga, impor beras selanjutnya akan masuk secara bertahap saat masa paceklik, yaitu pada Juni, Juli dan Oktober.
"Kan dari alokasi kita 2 juta ton yang direalisasikan baru 500.000 ton. Jadi ya kan masih panjang, tahun ini kan masih panjang, masih akan melewati masa paceklik. Jadi pemerintah harus persiapan panjang," sebutnya.
Dalam keputusan rapat tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta setiap kementerian dan lembaga untuk segera membanjiri pasar modern maupun tradisional dengan beras dari Perum Bulog.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi pun menyebut pemerintah masih optimistis penurunan harga beras secara konsisten dapat terjadi pada Maret tahun ini. Hal itu, ujarnya merujuk pada temuan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperkirakan produksi beras mencapai 3,51 juta ton pada Maret 2024.
"Pemerintah harap bulan Maret harga beras bisa lebih turun sedikit," ujar Arief.
Arief mengatakan, dirinya bersama Dirut Bulog Bayu Krisnamurthi dan Menteri BUMN Erick Thohir akan meluncur ke Pasar Induk Cipinang hari ini untuk mematikan distribusi beras ke pasar tradisional dan pasar modern berjalan lancar.
"34.000 ton beras ini harus sampai ke pasar. Jadi sekali lagi, perintahnya adalah banjiri pasar," tandas Arief.
Penyebab Beras Langka Di Ritel Modern
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkapkan beras premium langka disebabkan peritel ogah memasok dan menjual rugi beras premium di ritel modern.
Ia mengungkapkan, peningkatan harga pada beras premium cukup signifikan. Di mana yang biasanya harga beras dibanderol Rp13.150 per kg, kini harganya sudah meroket jadi Rp16.000-Rp17.000 per kg.
"Oh jauh sekali (peningkatan harganya), dari yang Rp13.150 (per kg), sekarang bisa jadi Rp16.000-Rp17.000 (per kg). Bahkan ada yang sudah jual Rp18.000 (per kg). Kalau 5 kg ya berarti tinggal dikalikan 5 saja," ungkap Roy kepada CNBC Indonesia.
"Kita peritel kan nggak mungkin kalau beli mahal, dijual murah. Nggak bisa masuk barang kalau kita beli mahal jual rugi, jadi ada beberapa peritel yang memilih nggak usah ada barang sekalian. Sebagian besar peritel itu tidak mau membeli beras sekarang, karena harga mahal," lanjutnya.
Namun demikian, kata dia, ada juga peritel yang memilih terpaksa memasok beras di ritel modernnya karena ada desakan dari masyarakat akan kebutuhan beras.
Selain itu, Roy menyebut kelangkaan beras di ritel saat ini juga disebabkan karena pasokan beras dari Perum Bulog yang belum merata.
Untuk itu, Aprindo berharap agar pemerintah dapat merelaksasi HET sementara waktu sampai kondisi harga mulai kondusif, kemudian Aprindo juga berharap agar Bulog memberi jaminan pemerataan supply beras SPHP dan beras-beras premiumnya ke ritel modern.
(dce/dce)