
Konsumsi Orang RI Makin Loyo, Ini Jurus Pemerintah!

Jakarta, CNBC Indonesia-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendorong konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat ini diyakini mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024.
Tim Ahli Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah sudah memantau daya beli masyarakat menengah ke bawah yang melemah. Hal tersebut nampak dari data tabungan di bawah Rp 100 juta yang pertumbuhannya melambat dan angka konsumsi 40% masyarakat terbawah yang juga melambat.
Iskandar menuturkan untuk mengatasi melemahnya daya beli masyarakat menengah ke bawah ini pemerintah sudah menyiapkan program bantuan sosial. Dia meyakini program ini akan mampu mempertahankan daya beli mereka.
"Bagaimana cara meningkatkan kelompok ini, tentunya dengan government spending yang sudah dilakukan sejak tahun lalu, yaitu dengan memberikan bantuan sosial," kata Iskandar kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin, (12/2/2024).
Sementara itu untuk masyarakat kelas menengah ke atas, Iskandar menilai daya beli kelompok ini masih kuat. Hanya saja, konsumsi kelas menengah ke atas bergeser untuk membeli surat berharga negara atau surat utang negara. Iskandar mengatakan akses masyarakat membeli SUN atau SBN itu dipermudah dengan adanya penjualan ritel.
"Mereka dapat tambahan lebih dari tabungan mereka ke instrumen tersebut," kata dia.
Untuk mendorong kelas ini berbelanja, Iskandar mengharapkan era suku bunga tinggi akan segera berakhir. Dia menilai bank sentral Amerika Serikat, The Fed sudah memberikan kode akan segera menurunkan suku bunga acuannya pada semester II 2024. Dia berharap kebijakan serupa diambil oleh Bank Indonesia.
"Jadi tergantung juga seberapa cepat suku bunga di Indonesia mengalami penurunan, kalau bisa lebih cepat maka konsumsi ini terus bisa meningkat," kata dia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5,05%. Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan daripada tahun 2022 yang mencapai 5,31%.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini ditengarai disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang melambat. Hal tersebut terlihat dari data konsumsi rumah tangga yang hanya mampu tumbuh 4,82% pada 2023, dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,94%.
Porsi konsumsi rumah tangga dalam struktur keseluruhan ekonomi atau produk domestik bruto merupakan yang terbesar, yakni 53,18%. Diikuti investasi atau pembentukan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 29,33%, dan ekspor 21,75%.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Konsumsi Orang RI Makin Merosot, Begini Analisa Pemerintah!
