Survei Terbaru BPS Ungkap Fakta-fakta Produksi Beras RI Awal 2024
Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi beras diprediksi akan mulai meningkat pada bulan Februari 2024. Hasil Kerangka Sampel Area (KSA) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Desember 2023 menunjukkan, produksi gabah pada bulan Januari akan mencapai sekitar 1,58 juta ton gabah kering giling (GKG), lalu naik ke 2,42 juta ton GKG pada bulan Februari.
Angka itu kemudian melonjak tajam ke 6,10 juta ton GKG pada bulan Maret 2024. Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memperkirakan, kenaikan produksi pada bulan Maret menandai masuknya masa panen raya padi di Indonesia.
Jika mengacu pada angka konversi GKG ke beras yang ditetapkan BPS pada tahun 2018 lalu yang sebesar 64,02%, maka produksi beras nasional pada bulan Januari-Maret 2024 berturut-turut adalah 1,01 juta ton, naik ke 1,54 juta ton, dan melonjak ke 3,90 juta ton.
Artinya, dengan estimasi konsumsi beras nasional secara bulanan sekitar 2,5 juta ton, Indonesia akan mengalami defisit pada bulan Januari-Februari, namun pada bulan Maret akan terjadi surplus.
"Akan terlihat peningkatan produksi beras di bulan Februari. Yang sebesar 2,42 juta ton GKG, lebih tinggi dibandingkan produksi bulan Januari 2024 dan Desember 2023. Panen raya kelihatan akan mulai di bulan Maret 2024," kata Amalia.
"Surplus beras mulai akan terlihat di bulan Maret 2024. Kalau kita lihat tahun lalu, surplus beras sudah mulai terjadi di bulan Februari. Meski tahun ini kelihatannya produksi sudah mulai naik di bulan Februari, tapi kelihatannya masih akan ada defisit," tambahnya.
Hanya saja, mengacu data KSA BPS, luas panen pada bulan Januari-Maret 2024 juga masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Dan produksi pada saat puncak panen tahun ini diperkirakan bakal lebih rendah.
Di mana, luas panen Januari-Maret 2024, BPS memproyeksikan sekitar 320 ribu hektare (ha), 480 ha, dan 1,15 juta ha.
Angka itu lebih rendah dibandingkan luas panen pada bulan Januari-Maret 2023 yang secara berturut-turut sekitar 450 ribu ha, 940 ribu ha, dan 1,65 juta ha.
Akibatnya, BPS memproyeksikan, produksi padi pada saat periode puncak, yaitu bulan Maret 2024, bakal anjlok 2,82 juta ton GKG dibandingkan bulan sama tahun 2023 lalu. Atau, jika dikonversi setara 1,80 juta ton beras.
Di sisi lain, Amalia mengungkapkan, inflasi besar masih berlanjut hingga bulan Januari 2024. Yakni mencapai 0,64% secara bulanan dengan andil sebesar 0,03%.
Kenaikan beras terjadi di 28 provinsi, sementara di 10 provinsi terjadi penurunan. Seluruh provinsi di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dilaporkan mengalami kenaikan harga beras.
(dce/dce)