Kini Jadi Wadirut Pertamina, Ini Kinerja Moncer PHE di Tangan Wiko
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru saja mengangkat Wiko Migantoro sebagai Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) pada RUPS hari Rabu (31/01/2024).
Keputusan tersebut tertuang dalam SK-25/MBU/01/2024 tentang Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina.
Wiko sendiri sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina. PHE saat ini memegang kendali atas seluruh kegiatan usaha dan operasional Pertamina di sektor hulu migas.
Perusahaan ini ditunjuk sebagai Subholding Upstream sejak tahun 2021 lalu. Hingga saat ini, PHE setidaknya mengelola portofolio dan operasional sebanyak 58 anak perusahaan.
Kemudian 6 perusahaan patungan dan 2 perusahaan afiliasi yang mengelola blok-blok migas di dalam dan luar negeri, serta bergerak di kegiatan usaha hilir migas dan services dengan jumlah pekerja sampai tahun 2019 sebanyak 2.437 orang.
Di bawah kepemimpinan Wiko, kinerja keuangan dan operasional Pertamina Hulu Energi (PHE) bisa dibilang cukup moncer. Sepanjang 2022 lalu misalnya, PHE mampu mencatatkan laba bersih sebesar US$ 4,6 miliar (unaudited) atau Rp 68,59 triliun (asumsi kurs Rp 14.913 per US$).
Di samping itu, PHE juga berhasil menggenjot pertumbuhan produksi migas PT Pertamina (Persero). Pada 2024, PHE menetapkan target produksi minyak siap jual atau lifting sebesar 627 ribu barel setara minyak per hari (mboepd). Angka ini mengalami kenaikan sebesar 7% dibandingkan prognosa 2023.
Sementara untuk lifting gas bumi, perusahaan menetapkan target sebesar 2.769 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Target ini mengalami pertumbuhan sebesar 3% dibandingkan prognosa 2023.
Capaian produksi migas tersebut tak terlepas dari investasi yang digelontorkan PHE. Tak tanggung-tanggung, pada 2023 lalu PHE menganggarkan investasi sebesar US$ 5,7 miliar atau Rp 85 triliun (asumsi kurs Rp 14.913 per US$) untuk tahun 2023.
Angka ini mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan anggaran tersebut dilakukan untuk menggenjot peningkatan produksi migas perusahaan.
Selain itu, di bawah kepemimpinannya, anak usaha PHE seperti Pertamina Hulu Rokan (PHR) juga mempunyai kinerja yang cukup cemerlang.
Pada tahun 2024, PHR menargetkan laba bersih hingga di atas US$ 700 juta atau Rp 10,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.514 per US$). Hal tersebut dengan mempertimbangkan target produksi dan harga minyak pada tahun 2024.
Adapun dengan target produksi minyak dari Blok Rokan, bisa mencapai di level 167 ribu barel per hari (bph), serta harga minyak mentah di kisaran US$ 82 per barel, PHR menargetkan pendapatan pada 2024 dapat di atas US$ 3 miliar atau sekitar Rp 46,5 triliun.
Seperti diketahui, sepanjang 2022 lalu, PHR berhasil mencatatkan laba bersih hingga US$ 1,752 miliar. Capaian tersebut lebih tinggi 254,3% dari target dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2022 sebesar US$ 689 juta.
Selain kinerja keuangan dan produksi yang moncer, pada 2023 lalu PHE juga berhasil menandatangani perjanjian jual beli dengan Shell untuk pengambilalihan hak partisipasi atau participating interest (PI) sebesar 35% di Blok Masela.
Dalam proses akuisisi tersebut, PHE bekerja sama dengan Petronas melalui Petronas Masela Sdn. Bhd. (Petronas Masela). Setidaknya dari 35% PI yang dialihkan, PHE nantinya akan menggenggam kepemilikan PI sebesar 20% sementara Petronas Masela sebesar 15%.
(pgr/pgr)