
Sepatu Nike-Adidas Eks Impor Masih Dijual Bebas, Harganya Bikin Kaget

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan, bisnis thrifting atau menjual barang bekas berupa pakaian sampai dengan sepatu tengah marak di masyarakat. Bahkan, tidak sedikit orang yang beralif profesi menjual barang bekas, karena kabarnya bisnis ini memberikan keuntungan yang besar.
Padahal, pemerintah sudah melakukan berbagai macam cara untuk melarang penjualan barang bekas. Namun tetap saja pedagang keukeuh menjual barang bekas karena keuntungan yang tak sedikit.
Menurut pengakuan Medi, salah seorang pedagang sepatu thrift di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat. Ia biasanya dalam menentukan harga jual dengan cara melihat harga baru dari sepatu tersebut, kemudian dilakukan penilaian dari kelayakan dan kondisi sepatunya. Misalnya, jika harga baru sepatu berada di angka Rp 1 juta, maka kemudian dilakukan penilaian apakah sepatu tersebut bisa dihargai Rp200.000 dan lain sebagainya.
"Saya pasti ngambil patokan harga baru. Ya misalkan barunya anggap Rp1 juta, misalkan. Nah kita lihat ini kondisi barangnya sudah bekas loh, cuma kira-kira layak atau pantas gak saya jual segini, Rp200.000 misalnya," jelas Medi saat ditemui CNBC Indonesia di lokasi, Selasa (30/1/2024).
Namun demikian, Medi menilai perhitungan dan penetapan harga yang dilakukannya mungkin tidak bisa diterima oleh semua orang. Menurutnya, ada sebagian orang yang mungkin tidak paham dan menilai harga yang ditetapkannya itu kemahalan.
"Sebagian orang atau sekian persen mungkin ada yang berpola pikir sama, dan mampu beli dengan harga segitu. Tapi kan untuk kita bertemu orang yang pola pikirnya begitu gak tahu kapannya. Ada sebagian yang nggak terlalu paham, 'oh mahal'. Jadi kalau menurut saya mah thrifting itu selera, suka atau tidak suka, bukan soal harga," tuturnya.
![]() Penjualan sepatu bekas impor masih marak di Pasar Senen, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky) |
Dalam berjualan thrift, khususnya berjualan sepatu bekas, Medi mengaku tidak pernah sekalipun memaksa calon pembelinya untuk membeli barang dagangan yang dia jual. Karena menurutnya, thrift sepenuhnya tergantung selera dan kemampuan membayar dari masing-masing pembeli.
"Karena kalau berbicara thrift itu sebenarnya selera. Kalau saya sebagai penjual, saya jualan itu gak ada paksaan, kalau dia mau beli ya beli. Tapi kalau berbicara thrift, kalau saya pribadi ya dari kesukaan, hobi, dan selera masing-masing," jelasnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang sepatu bekas lainnya di Pasar Senen Blok III, Mamat mengaku cara menetapkan harga yang dia jual berbeda dengan cara yang dipakai Medi. Dalam menentukan harga, Mamat menghitung dari modal yang dia keluarkan kemudian mengambil keuntungan dari situ.
Misalnya, jika modal yang dia keluarkan senilai Rp100.000, kemudian setelah menghitung biaya lainnya dan untung yang diperoleh, maka harga sepatu bekas itu bisa dipatoknya Rp150.000.
"Ya saya nentuin harga dari hitung-hitungan modal awal saya, kayak sistem dagang pada umumnya, terus ambil keuntungan dari situ. Hitung-hitungan yang ujungnya supaya balik modal," ucapnya.
Lebih lanjut, baik Medi maupun Mamat menyebut produk sepatu yang dijualnya merupakan produk original, namun dengan kondisi bekas atau bukan baru. Sementara untuk mayoritas jenis sepatu yang dijual keduanya merupakan sepatu kasual, sepatu olahraga, sampai dengan sepatu wanita. Dengan rincian merek yang paling banyak dipajang adalah merek sepatu Adidas, New Balance, dan Nike.
Adapun jumlah pedagang sepatu bekas yang ada di Pasar Senen Blok III saat ini sekitar 5 pedagang. Angka ini, kata Medi, telah terjadi peningkatan dari yang sebelumnya hanya ada 3 kios pedagang yang menjual sepatu bekas.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pedagang Pasar Senen Curhat Kenapa Masih Jual Sepatu Bekas Impor
