
RI Punya Kapasitas Pabrik BBM dari Tebu 60.000 KL

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyampaikan pemerintah terus berupaya menggenjot program pengembangan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) bioetanol. Namun demikian, dari sisi kesiapan infrastruktur dan pemasok bahan baku saat ini belum optimal.
Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman mengatakan Indonesia mempunyai potensi pemanfaatan fasilitas pabrik fuel grade ethanol hingga 60 ribu kiloliter dari 4 perusahaan. Hanya saja yang mampu diproduksi saat ini baru mencapai 40 ribu KL.
"Kalau lihat di beberapa perusahaan ini ya jadi ada 60.000 KL potensi kita dari 4 perusahaan tetapi yang produksi saat ini kan yang di Jawa Timur itu 30.000 dan 10.000 jadi 40.000 KL atau 40 juta liter," kata dia dalam acara Energy Corner, CNBC Indonesia, Selasa (30/1/2024).
Menurut Saleh, kondisi tersebut menjadi persoalan tersendiri bagi PT Pertamina (Persero). Pasalnya, perusahaan akhirnya tidak bisa melakukan ekspansi secara total karena keterbatasan bahan baku.
Oleh karena itu, opsi yang perlu dipikirkan dan menjadi bahan pertimbangan oleh badan usaha penugasan maupun swasta adalah melakukan impor bahan baku bioetanol.
"Sama-sama impor juga cuman yang 1 nya itu adalah impor fosil yang satu adalah impornya energi terbarukan kalau dari sisi portofolio terbarukan badan usaha Pertamina ini akan lebih bagus menurut saya meskipun tentu perlu dikaji," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rumput Bisa Jadi "Harta Karun" Pengganti BBM, Ini Buktinya