Dewan Pakar Ganjar-Mahfud Sebut APBN Tak Cukup Biayai Pangan, Usul Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Tim Pemenangan Nasional (TPN) pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 3, Ganjar-Mahfud menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak akan cukup untuk membiayai seluruh persoalan tentang pangan. Menurutnya, perlu ada penciptaan iklim investasi yang kondusif.
"Berbicara budget atau anggaran, kita sadar kalau APBN kan filosofi nya hanya untuk tiga yaitu pembangunan infrastruktur, mengembangkan sumber daya manusia dan regulasi. Jadi pemerintah seharusnya menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk investasi dan berusaha di bidang pangan," kata Dewan Pakar TPN Ganjar-Mahfud Rokhmin Dahuri dalam Your Money Your Vote CNBC Indonesia, Kamis (18/1/2024).
Rokhmin menilai dana APBN saja tidak mungkin cukup untuk membiayai pangan. Ia mengatakan pihaknya telah mendetilkan terkait biaya produksi setiap komoditas. "Untuk beras, jagung, kedelai, gula, dan bawang target produksinya berapa? lalu kemudian ditarik mundur sarana produksi yang dibutuhkan apa saja? kemudian infrastruktur yang dibutuhkan apa saja? Itu kita sudah hitung budgeting-nya, dan ternyata memang betul kalau hanya APBN nggak cukup," tukasnya.
"Kalau ada suatu kementerian yang meminta lebih, pasti terkurangi dari yang lain juga. Cuma anggaran per tahun Rp14 sekian triliun its not just enough untuk negara dengan penduduk hampir 280 juta penduduk. Dan ada studi menarik menurut FAO bahwa suatu bangsa dengan penduduk lebih dari 100 juta kalau pangannya itu bergantung pada impor, it's very difficult, susah untuk maju dan makmur," lanjut dia.
Ditambah, sekarang ini tengah terjadi perubahan iklim global dan ketegangan geopolitik yang semakin memanas. Sehingga, katanya, banyak negara produsen utama yang enggan mengekspor komoditas pangannya lagi.
"Karena (mereka) untuk mengamankan kepentingan nasionalnya. Itu pentingnya kedaulatan pangan. Jadi mestinya memang produksi harus lebih besar dari konsumsi. Bedanya kedaulatan pangan dengan ketahanan pangan, kalau ketahanan pangan itu suplainya bisa berasal dari impor," jelasnya.
Rokhmin menekankan pihaknya telah menghitung secara akurat ihwal berapa anggaran yang harus dibutuhkan. Namun, ia menekankan tidak akan cukup bila hanya mengandalkan APBN.
"We have been calculating very accurate berapa budget yang harus dibutuhkan. Tapi sekali lagi kalau untuk APBN nggak cukup itu. Nah itu lah untuk working capital dan investment kita invite, diutamakan investor nasional dulu, kalau nasionalnya tidak cukup baru kita invite investor international yang bonafide yang punya kebajikan dengan strategis nasional itu. Saya yakin itu bisa kita penuhi," pungkasnya.
(dce)