Bulog Tak Buru-buru Jor-joran Tumpuk Stok Beras Lokal, Ini Penyebabnya

Damiana, CNBC Indonesia
11 January 2024 19:15
Seorang petani mengamati padi yang mengalami kekeringan di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Seorang petani mengamati padi yang mengalami kekeringan di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perum Bulog tidak berencana melakukan penyerapan beras secara besar-besaran dari petani lokal untuk saat ini. Di saat bersamaan, Bulog masih harus menyelesaikan realisasi pemasukan sekitar 1,1 juta ton beras impor yang merupakan hasil Persetujuan Impor (PI) tahun 2023. 

Lalu mengapa Bulog tak ingin segera menumpuk stok beras dari hasil produksi petani lokal?

Ternyata, salah satu alasan Bulog adalah karena produksi yang diprediksi masih minim.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengutip data BPS yang sebelumnya telah menyebut produksi beras nasional tahun 2023 turun. BPS menyebut penurunan produksi terjadi di hampir semua pusat produksi beras nasional.

Hal itu disampaikan Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat Rapat Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, ditayangkan akun Youtube Kemendagri, Senin (8/1/2024).

Disebutkan, produksi beras di Jawa yang berkontribusi 55,95% terhadap pasokan beras nasional susut 2,18% dibandingkan tahun 2022 menjadi 17,28 juta ton. Lalu di Sumatra yang berkontribusi 20,95% produksi turun 0,19% dibandingkan tahun 2022 menjadi 6,47 juta ton.

Di Kalimantan yang berkontribusi 4,03% produksi turun 2,61% dibandingkan tahun 2022 menjadi 1,25 juta ton dan di Sulawesi dengan kontribusi 12,94% produksinya anjlok 6,28% dibandingkan tahun 2022 menjadi 4 juta ton. Begitu juga di Maluku dan Papua yang berkontribusi 0,61% produksi turun 1,64% dibandingkan tahun 2022 menjadi 0,19 juta ton.

Hanya produksi di Bali dan Nusa Tenggara yang berkontribusi 5,52% dilaporkan naik 3,02% dibandingkan tahun 2022 menjadi 1,70 juta ton. 

Sehingga total produksi beras nasional tahun 2023 hanya sekitar 30,89 juta ton, anjlok 650-an ribu ton dibandingkan tahun 2022 yang tercatat mencapai 31,54 juta ton.

Selain itu, Amalia memperingatkan, pada bulan Januari-Februari 2024 diprediksi bakal terjadi defisit sebesar 1,61 juta ton dan 1,22 juta ton. Artinya ada potensi defisit beras sekitar 2,83 juta ton di awal tahun ini.

"BPS juga sudah menyebut pada bulan Januari-Februari ini akan terjadi defisit, sekitar 2,5 juta ton. Tolong dicek datanya ya," kata Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi kepada wartawan di Jakarta, Kamis (11/1/2024).

"Dalam ekonomi ada istilah crowding out. Nah, Bulog untuk saat ini akan membiarkan dulu. Tapi, gudang-gudang Bulog siap  menerima kalau ada yang mau menjual gabahnya, kita terima. Kami juga terus berkoordinasi dan upayakan kerja sama dengan penggilingan-penggilingan kecil anggota Perpadi. Tapi kami belum akan masuk dulu ke pasar," tambahnya.

Bayu menjelaskan, alasan Bulog belum akan terburu-buru masuk ke pasar demi pengadaan beras pemerintah dari produksi lokal. Di mana, dengan kondisi pasokan yang masih terbatas bahkan diprediksi defisit, jika Bulog juga ikut membeli besar-besaran, akan memicu ketatnya persaingan pembelian produksi lokal. Hal itu akan memicu lonjakan harga. 

"Jadi untuk mencegahnya (lonjakan harga akibat persaingan pembelian beras/ gabah petani lokal), itu yang kami lakukan. Tapi tetap kita lakukan penyerapan lokal, meski diprediksi defisit, tetap bisa dilakukan," kata Bayu.

Yang jelas, imbuh dia, fokus utama adalah memastikan ketersediaan beras di masyarakat mencukupi. Meski tak harus di gudang Bulog.

"Tapi, yang penting adalah memastikan pasokan ke masyarakat itu cukup. Pemerintah menugaskan Bulog harus memiliki stok 1 juta ton at anytime (kapan pun). Saat ini stok kami ada 1,3 juta ton. Dengan adanya program bantuan pangan dan SPHP, stok itu mencukupi. Dan Bulog menjamin bisa punya stok 1 juta ton kapan pun," ujarnya. 

Karena itu, Bayu mengatakan, Bulog akan terus merealisasikan importasi beras yang ditugaskan pemerintah. 

Paparan Plt Kepala BPS soal produksi beras tahun 2023 saat rapat pengendalian inflasi tahun 2024, Senin (8/1/2024). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)Foto: Paparan Plt Kepala BPS soal produksi beras tahun 2023 saat rapat pengendalian inflasi tahun 2024, Senin (8/1/2024). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)
Paparan Plt Kepala BPS soal produksi beras tahun 2023 saat rapat pengendalian inflasi tahun 2024, Senin (8/1/2024). (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri)

Sebagai informasi, pemerintah memang menugaskan Bulog mengimpor 3,5 juta ton beras pada tahun 2023. Selain itu, Bulog masih mengantongi PI 300 ribu ton, sisa penugasan akhir tahun 2022 yang sebesar 500.000 ton. Artinya, untuk tahun 2023, Bulog mengantongi PI atas 3,8 juta ton beras impor.

Namun, dari total PI tersebut, baru terealisasi sekitar 72,22%. Atau setara 2,744 juta ton. Artinya masih ada hampir 1,1 juta ton PI yang harus direalisasikan. Di mana, Bulog telah mengajukan perpanjangan masa berlaku PI sampai bulan Januari 2024.

Demikian itu mengutip paparan Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan (Kemendag) Bambang Wisnubroto dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, yang ditayangkan akun Youtube Kemendagri, Senin (8/1/2024). Data itu disebutkan bersumber dari Ditjen Daglu Kemendag, 5 Januari 2024.

"Sebenarnya sudah bukan 1,1 juta lagi karena sampai saat ini masih terus masuk. Keputusan pemerintah, persetujuan impor (PI) diperpanjang sampai Januari. Jadi ini terus masuk dan mungkin ada yang sampai Februari masuk ke sini," katanya.

"Kami sudah mengantongi kontrak impor sebesar 500.000 ton. Ini adalah bagian dari tahun 2023, dari yang 1,5 juta ton (volume tambahan penugasan impor tahun 2023). Asalnya dari Vietnam, Myanmar, Thailand, dan Pakistan. Untuk kuota penugasan impor tahun 2024 (2 juta ton), belum kami gunakan," pungkas Bayu.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! BPS Ingatkan Ancaman Ini Intai RI Sampai Akhir Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular