
Potret Amukan Warga Israel, Sebut Netanyahu Idiot-Tuntut Mundur
Ribuan warga Israel turun kejalan tuntut pembebasan tawanan Israel di Gaza tuntut Netanyahu mundur, desak akhirnya konflik Gaza hingga umpat Pemerintah Idiot.

Ribuan orang memadati Ibu Kota Israel, Tel Aviv pada hari Sabtu (6/1/2024) dalam unjuk rasa massal, menyerukan kembalinya tawanan Israel yang masih ditahan di Gaza. Demonstrasi ini juga mengecam pemerintahan Perdana Menteri Netanyahu dan menuntut akhirnya konflik di Gaza. (AP Photo/Ariel Schalit)

Dikutip dari Al Jazeera, massa yang tergabung dalam aksi terdiri dari pendukung, keluarga dan teman tawanan dengan aksi yang luar biasa. Wartawan Al Jazeera yang berada di lokasi mencatat bahwa jumlah partisipan dalam unjuk rasa ini jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa minggu sebelumnya. (REUTERS/Alexandre Meneghini)

Menurut Wartawan Al Jazeera, Sara Khairat aksi ini menjadi luar biasa karena, sepanjang awal konflik ini, konsensus telah tercapai di kalangan seluruh masyarakat, termasuk para demonstran anti-pemerintah. Mereka setuju untuk bersatu selama masa perang, khususnya ketika tawanan masih ditahan di Gaza. (AP Photo/Ariel Schalit)

Massa yang hadir dalam aksi saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa minggu terakhir ketika beberapa lusin hingga beberapa ratus orang berkumpul. “Sekarang, beberapa ribu orang berkumpul di sini,” kata koresponden Al Jazeera. (AP Photo/Ariel Schalit)

Para pengunjuk rasa berteriak: “Bushah bushah, bushah”, yang berarti “malu, malu, malu” mengacu pada pemerintah, dan beberapa juga menyalahkan Netanyahu dan pejabat lainnya atas peristiwa 7 Oktober. Dalam video yang beredar di media sosial, terdengar suara massa yang menyerukan, "Kami diperintah oleh orang-orang idiot." (REUTERS/Alexandre Meneghini)

Sementara itu, di Yerusalem, demonstran berkumpul di depan rumah Presiden Israel Isaac Herzog, menyerukan pengembalian lebih dari 100 tawanan yang masih ditahan di Gaza. Protes ini mencerminkan ketegangan yang meluas di masyarakat terkait kebijakan pemerintah terkait konflik dan tawanan. (AHMAD GHARABLI / AFP)