Internasional

Hamas Serahkan 4 Jenazah Sandera, Netanyahu Ngamuk-Gaza Batal Damai?

luc, CNBC Indonesia
21 February 2025 06:05
Palestinian Hamas militants stand guard as people gather at the site of the handing over of the bodies of four Israeli hostages in Khan Yunis in the southern Gaza Strip on February 20, 2025. Hamas handed over the bodies of four hostages on February 20, including those of the Bibas family, who have become symbols of the hostage crisis that has gripped Israel since the Gaza war broke out. The transfer of the bodies is the first such handover of remains by Hamas since its October 7, 2023 attack on Israel triggered the war. (Photo by Omar AL-QATTAA / AFP)
Foto: AFP/OMAR AL-QATTAA

Jakarta, CNBC Indonesia - Hamas menyerahkan jenazah empat sandera, termasuk bayi Kfir Bibas dan kakaknya, Ariel Bibas, bocah empat tahun yang menjadi korban termuda dalam serangan 7 Oktober 2023. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya bersumpah untuk membalas dendam dan menghancurkan kelompok tersebut.

"Darah orang-orang tercinta kita berseru dari tanah dan mewajibkan kita untuk menuntaskan perhitungan dengan para pembunuh keji. Dan kami akan melakukannya," tegas Netanyahu dalam pernyataan yang dirilis setelah penyerahan jenazah, dilansir Reuters, Jumat (21/2/2025).

Empat peti hitam yang berisi jenazah Kfir, Ariel, ibu mereka Shiri Bibas, dan seorang sandera lain, Oded Lifshitz, diserahkan Hamas dalam sebuah prosesi publik yang penuh propaganda di Gaza, di mana puluhan militan bersenjata dan kerumunan warga Palestina berkumpul menyaksikan.

Di Tel Aviv, ribuan warga Israel berkumpul di Hostages Square, menangis dan berduka atas kehilangan yang semakin menegaskan luka mendalam bagi bangsa Israel.

"Rasa sakit. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan ini. Hati kita-hati seluruh bangsa-terpecah berkeping-keping," kata Presiden Israel, Isaac Herzog.

Serah terima jenazah ini dilakukan dalam kerangka gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir. Sebelumnya, pada November 2023, Hamas mengklaim bahwa Kfir, Ariel, dan Shiri Bibas tewas akibat serangan udara Israel, namun klaim ini tidak pernah dikonfirmasi oleh otoritas Israel.

"Shiri dan anak-anaknya telah menjadi simbol," kata Yiftach Cohen, seorang warga Kibbutz Nir Oz, komunitas yang kehilangan sekitar seperempat penduduknya dalam serangan 7 Oktober lalu.

Sang ayah, Yarden Bibas, baru saja dipulangkan ke Israel dalam pertukaran tahanan bulan ini, setelah sebelumnya diyakini masih ditahan oleh Hamas.

Sementara itu, Oded Lifshitz, seorang jurnalis dan aktivis berusia 83 tahun yang turut disandera, juga dikembalikan dalam kondisi tak bernyawa. Israel menyatakan bahwa ia dibunuh di dalam tahanan oleh kelompok militan Jihad Islam Palestina, sekutu Hamas di Gaza.

Chen Kugel, kepala Pusat Forensik Nasional Israel, menyatakan bahwa Lifshitz dibunuh lebih dari satu tahun lalu, meskipun penyebab kematiannya tidak diungkap secara rinci.

Sumpah Netanyahu

Bagi Israel, serah terima empat peti mati ini bukan sekadar tragedi, melainkan pengingat akan kebrutalan Hamas dan kebutuhan untuk memastikan peristiwa serupa tak terulang.

"Empat peti mati ini membuat kita semakin yakin bahwa tidak boleh ada lagi serangan 7 Oktober kedua. Hamas harus dihancurkan," kata Netanyahu.

Israel selama ini berulang kali menegaskan tekadnya untuk mengakhiri Hamas, baik melalui operasi militer yang kini telah memasuki bulan ke-16 maupun tekanan diplomatik terhadap kelompok militan tersebut.

Namun, di sisi lain, perang ini juga telah membawa kerusakan besar di Gaza, dengan otoritas kesehatan Palestina mengklaim bahwa lebih dari 48.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan udara dan operasi militer Israel.

Serah terima jenazah ini juga menuai kritik dari komunitas internasional, terutama atas cara Hamas memperagakan momen tersebut sebagai tontonan publik.

Volker Turk, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, menyebut tindakan Hamas sebagai "menjijikkan dan tidak manusiawi", melanggar hukum internasional yang mengharuskan perlakuan bermartabat terhadap jenazah dan keluarganya.

Dalam acara serah terima jenazah, seorang militan berdiri di samping poster yang menunjukkan gambar peti mati dengan bendera Israel dan tulisan besar berbunyi:

"Kembalinya perang = Kembalinya sandera Anda dalam peti mati."

Pesan ini makin menegaskan sikap Hamas yang tetap menantang dan menjadikan sandera sebagai alat tawar-menawar politik.

Gencatan Senjata dan Prospek Perdamaian

Meskipun serah terima jenazah ini menjadi bagian dari kesepakatan gencatan senjata, negosiasi perdamaian masih jauh dari selesai.

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, pada Sabtu, Hamas dijadwalkan akan melepaskan enam sandera yang masih hidup sebagai bagian dari pertukaran dengan ratusan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.

Saat ini, masih ada sekitar 60 sandera yang tersisa di Gaza, dengan kurang dari setengahnya diyakini masih hidup.

Perundingan tahap kedua-yang melibatkan kemungkinan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan penghentian perang secara permanen-diperkirakan akan segera dimulai.

Namun, dengan ketegangan yang masih membara, kebencian yang mendalam, serta pembalasan yang terus menjadi tujuan utama kedua belah pihak, prospek untuk mencapai perdamaian jangka panjang masih tetap sangat tidak pasti.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 8 Fakta Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular