Laut Merah Memanas, Perusahaan Pelayaran & Konsumen Dibikin Merana

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
07 January 2024 15:30
Helikopter militer Houthi terbang di atas kapal kargo Galaxy Leader di Laut Merah dalam foto yang dirilis 20 November 2023. (Houthi Military Media/Handout via REUTERS)
Foto: Helikopter militer Houthi terbang di atas kapal kargo Galaxy Leader di Laut Merah dalam foto yang dirilis 20 November 2023. (via REUTERS/HOUTHI MILITARY MEDIA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan pelayaran besar yang melintasi laut merah saat ini menghadapi situasi yang cukup runyam. Hal tersebut menyusul serangan militan Houthi Yaman yang menargetkan lusinan kapal sejak bulan lalu sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.

Perusahaan-perusahaan tersebut dapat memilih skenario mengirimkan kapal mereka melalui laut merah dengan risiko serangan militan Houthi Yaman dan kenaikan premi asuransi yang jauh lebih tinggi. Atau mereka dapat memilih opsi dengan berlayar sejauh 4.000 mil mengelilingi Afrika, dengan tambahan waktu 10 hari dan menghabiskan lebih banyak bahan bakar.

Kedua opsi tersebut tidak ada yang menarik untuk dipilih lantaran keduanya sama-sama membuat biaya perjalanan menjadi bengkak. Pada akhirnya, kenaikan biaya ini menurut para analis ditanggung oleh konsumen akhir dengan harga beli barang yang jauh lebih tinggi dari biasanya.

"Kami mulai melihat adanya persenjataan dalam rantai pasokan global," kata Marco Forgione, Direktur Jenderal Institut Ekspor dan Perdagangan Internasional, yang mendukung upaya perusahaan Inggris untuk berekspansi di pasar luar negeri, dikutip dari The New York Times, Minggu (7/1/2024).

Dalam beberapa bulan terakhir, rantai pasokan global akhirnya pulih setelah tiga tahun mengalami gangguan yang disebabkan oleh pandemi hingga penyumbatan singkat di Terusan Suez, yang terletak di ujung barat laut Laut Merah dan menangani sekitar 12 persen perdagangan global.

Adapun, tarif angkutan telah turun tajam, dan penundaan panjang yang menyulitkan pengecer di Amerika Serikat dan Eropa telah teratasi. Sejauh ini, permasalahan di Laut Merah belum mengganggu rantai pasokan global sebesar dampak pandemi ini. "Tetapi kita sedang menuju ke arah itu," kata Forgione.

Serangan Houthi terus berlanjut bahkan setelah pasukan pimpinan AS berkumpul di Laut Merah untuk mencegahnya. Beberapa perusahaan, termasuk Ikea dan Next asal Inggris, mengatakan telah menghindari Terusan Suez dan mengambil rute panjang mengelilingi Afrika.

Pertanyaan krusialnya adalah bagaimana industri pelayaran peti kemas menangani lonjakan ekspor tahunan yang biasanya terjadi sebelum pabrik-pabrik di Tiongkok tidak beroperasi selama berminggu-minggu saat Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada bulan depan.

Kesulitannya sangat bervariasi menurut jenis kapal. Kapal tanker minyak tidak terlalu terpengaruh dan terus menggunakan Laut Merah, karena Houthi tampaknya tidak terlalu tertarik pada kapal tersebut.

Sebaliknya, jumlah kapal pengangkut mobil khusus yang melintasi Laut Merah berkurang lebih dari setengahnya pada bulan lalu dibandingkan Desember 2022, menjadi hanya 42 perjalanan, dan hanya satu yang transit di laut sepanjang tahun ini, kata Daniel Nash, kepala pengangkut kendaraan di Vessels Value, sebuah perusahaan data pelayaran London.

Kapal pertama yang diserang oleh kelompok bersenjata Houthi dalam beberapa pekan terakhir adalah sebuah kapal pengangkut mobil, Galaxy Leader, yang dibajak pada 19 November ketika kembali ke Asia untuk membawa beberapa ribu mobil. Awak kapal yang beranggotakan 25 orang, sebagian besar warga Filipina juga diculik dan tampaknya masih belum dibebaskan.

Pelayaran yang lebih jauh ke seluruh Afrika bagi kapal pengangkut mobil yang melakukan perjalanan ke Eropa dari Asia saat ini sangat mengganggu industri otomotif global.

Produsen mobil Tiongkok dengan cepat meningkatkan ekspor ke Eropa, terutama mobil listrik. Bahkan sebelum masalah Laut Merah, tarif sewa harian untuk operator mobil lintas samudera telah meroket menjadi US$ 105.000, dari yang sebelumnya US$ 16.000 pada dua tahun lalu.

Gangguan di Laut Merah terjadi ketika Terusan Panama, yang permukaan airnya rendah akibat kekeringan, telah mengurangi jumlah kapal yang bisa melewatinya. Hal ini memaksa banyak kapal memilih rute yang lebih panjang ke Amerika Serikat melalui Terusan Suez.

Situs web yang melacak pelayaran masih menunjukkan sejumlah kapal di Laut Merah, yang menghubungkan Terusan Suez dan Laut Mediterania ke Laut Arab dan Samudera Hindia. Namun perusahaan-perusahaan terbesar telah mengurangi kehadiran mereka secara signifikan atau seluruhnya.

MSC, perusahaan pelayaran peti kemas terbesar, mengatakan pada pertengahan Desember bahwa mereka menghindari Laut Merah. Maersk, kapal terbesar kedua, sempat menghentikan sementara transit di Laut Merah, kembali ke wilayah tersebut pada akhir Desember dan mundur lagi minggu ini setelah salah satu kapalnya, Maersk Hangzhou, diserang.

CMA CGM, perusahaan pelayaran Perancis dalam keterangan tertulisnya menyampaikan bahwa beberapa kapal milik perusahaan telah melakukan perjalanan melalui Laut Merah dan berencana untuk meningkatkan jalur secara bertahap melalui Terusan Suez.

"Kami memantau situasi secara terus-menerus, dan kami siap untuk segera menilai kembali dan menyesuaikan rencana kami sesuai kebutuhan," tambahnya.

Cosco, sebuah perusahaan raksasa Tiongkok, enggan berkomentar mengenai hal ini. Sementara, Juru bicara Hapag-Lloyd, yang memiliki armada lebih dari 250 kapal kontainer dan berbasis di Hamburg, Jerman, menyatakan perusahaan tersebut berencana berkeliling Afrika hingga 9 Januari dan tetap melihat situasinya.

Berdasarkan analisa Flexport, sebuah perusahaan teknologi berbasis logistik, menunjukkan bahwa pada hari Kamis, 389 kapal kontainer yang mencakup lebih dari seperlima kapasitas kontainer global, telah dialihkan dari Terusan Suez atau sedang dalam proses melakukan hal tersebut.

"Ini tentang penilaian risiko, dan melindungi kehidupan, properti, dan kargo," kata Nathan Strang, Direktur Angkutan Laut di Flexport.

"Jika anda dapat menghindari situasi yang menempatkan anda pada risiko eksistensial hanya dengan menghindarinya, lakukanlah" tambahnya.

Gangguan transit di Terusan Suez jarang terjadi. Namun terusan tersebut ditutup untuk pelayaran internasional selama delapan tahun setelah perang Arab-Israel pada tahun 1967. Pembukaan kembali kanal tersebut merupakan "hari paling membahagiakan dalam hidup saya," kata Anwar el-Sadat, Presiden Mesir pada saat itu.

Beberapa kapal kontainer yang masih melintasi Laut Merah mungkin menuju atau datang dari pelabuhan di sana, seperti yang ada di Arab Saudi. Karena alasan keuangan, beberapa kapal kontainer kecil juga terus transit di Laut Merah untuk perjalanan antara Eropa dan Asia.

Kapal yang membawa kontainer dalam jumlah besar dapat menanggung biaya tambahan untuk berkeliling Afrika, namun, kata Strang, perjalanan yang lebih panjang dapat menghancurkan keekonomian kapal yang membawa kurang lebih 5.000 kontainer.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kelompok Houthi Ngamuk di Laut Merah, Dunia Kena Imbasnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular