
Sri Mulyani Gambarkan Perjalanan APBN 2023, Penuh Turbulensi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) 2023 disusun kondisi lingkungan global yang penuh turbulensi. APBN 2023 dibayangi masalah disrupsi rantai pasok, geopolitik yang memanas, perang hingga bencana alam serta inflasi dan suku bunga tinggi.
"Kita lihat 2023 geopolitik itu menciptakan fragmentasi makin dalam dan dikombinasikan dengan kebijakan di masing-masing negara tersebut, kemudian untuk adopsi suku bunga tinggi dalam respons inflasinya mereka. Ini menimbulkan dampak tidak mudah bagi perekonomian suatu negara termasuk untuk kita sendiri," papar Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN Kita Desember 2023, Selasa (2/1/2023).
Sri Mulyani bersyukur, perekonomian Indonesia cukup resilien, meskipun Eropa diwarnai suku bunga tinggi. Begitupun, Amerika Serikat (AS) dengan inflasi tinggi dan China yang dihadapkan oleh pelemahan ekonomi domestik, serta kejatuhan sektor properti dan naiknya utang publik.
Untuk ASEAN, dia menilai regional masih merupakan kawasan yang resilien dari sisi Ekonomi dan bahkan dapat dampak positif dari persaiangan geopolitik sehingga ASEAN menjadi episentrum pertumbuhan, sesuai tagline keketuaan ASEAN.
Kemudian, dari sisi perekonomian dan pasar uang di tengah inflasi tinggi walau cenderung turun pada paruh kedua, tapi bank-bank sentral negara maju masih pertahankan suatu tingkat suku bunga tinggi .
"Makanya higher for longer masih terjadi dan itu memicu capital outflow meningkat dari negara-negara berkembang atau emerging markets," ujarnya.
Kondisi ini, diakui Sri Mulyani, meningkatkan shock karena dibarengi dengan kondisi perubahan iklim yang masih dan perkembangan digital yang harus diantisipasi.
"Di sisi lain masih banyak negara yang policy space sangat terbatas karena dimakan pandemi yang menyebabkan mereka tidak mmapu merespons berbagai shock setelah pandemi," kata Sri Mulyani.
Biaya suku bunga yang tinggi juga menciptakan defisit fiskal meningkat tajam di berbagai negara dengan tingkat utang yang semakin tinggi. Ini menyebabkan debt distress di berbagai negara.
Lantas, bagaimana dengan APBN RI di 2023?
Sri Mulyani mengakui pada awal 2023, pemerintah sudah melihat salah satu risko yang harus dikelola oleh APBN dan ekonomi RI. Hal itu adalah koreksi harga komoditas. Menurutnya, harga komoditas mengalami moderasi atau kontraksi cukup dalam.
"Ini waktu desain 2023 kita cukup khawatir ini akan pukul penerimaan kita dan sebabkan APBN kita mengalami tekanan sehingga kemampuan jaga ekonomi dan jadi shock absorber juga bisa melemah," ujarnya.
Namun, lanjutnya, APBN 2023 ternyata jauh lebih resilien. Memang harga komoditas menurun, tetapi tekanan tersebut tidak memukul APBN.
"Memang harga komoditas tertekan harga gas turun 38,8% year to date, minyak mentah 10,3%, turunnya dibandingkan 2022. Batu bara yang kita yang penting bagi ekonomi, turunnya bahkan 63,8%. Minyak sawit yang juga sangat penting bagi perekonomian turun 12,3%," ujarnya.
Ternyata, di kala penurunan tersebut terjadi, ekonomi Indonesia justru tumbuh dengan cukup baik. "Overall, ekonomi kita sampai akhir tahun tumbuh di sekitar 5%," ungkap Sri Mulyani. Kondisi ini yang berhasil mempertahankan APBN 2023.
Berikut ini postur realisasi APBN hingga 28 Desember 2023:
-Realisasi pendapatan negara Rp2.725,4 triliun
Target awal: Rp2.463,0 triliun
Target Perpres 75/2023: Rp 2.637,2 triliun
-Realisasi belanja negara Rp2.966,8 triliun
Target awal: Rp3.061,2 triliun
Target Perpres 75/2023: Rp3.117,2 triliun
-Realisasi pembiayaan anggaran Rp337,8 triliun
Target awal: Rp598,2 triliun
Target Perpres 75/2023: Rp479,9 triliun
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Cairkan Anggaran IKN Rp 26,7 Triliun di 2023