Avtur 'Baru' Ini Bisa Bikin RI Tekan Impor Minyak

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Selasa, 02/01/2024 13:25 WIB
Foto: via REUTERS/ADITYO PRATOMO/PERTAMINA

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, kini telah memproduksikan avtur berbahan baku sawit atau dikenal dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur.

Produksi bioavtur ini dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan campuran minyak sawit sebesar 2,4% berkapasitas 9.000 barel per hari (bph). Adapun bahan bakunya yaitu produk turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).

Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman menjelaskan, produksi bioavtur ini bisa berkontribusi untuk menekan impor minyak mentah RI. Saat ini kebutuhan avtur di bandara Indonesia mencapai 21 juta barel per tahun.


Dengan adanya campuran RBDPKO 2,4% pada avtur, maka artinya ini bisa mengurangi kebutuhan impor minyak mentah untuk produksi avtur berbasis fosil pada kilang dalam negeri.

"Karena kan saat ini kebutuhan avtur 21 juta barel per tahun, dengan 2,4% (bioavtur) kan kita bisa kontribusi untuk mengurangi komponen impor daripada crude oil," ungkap Taufik kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (02/01/2024).

"Karena feedstock kita sekarang kan masih mix antara fossil fuel yang kita ambil impor dan juga minyak domestik, kemudian ada yang dari Crude Palm Oil (CPO) producer yang untuk bisa mendapatkan RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil)," tambahnya.

Kilang Bahan Bakar Hijau atau Green Refinery RU IV Cilacap memproduksi bioavtur dengan metode co-processing, yakni avtur berbasis minyak fosil langsung dicampur dengan minyak inti kelapa sawit atau RBDPKO di kilang.

"Jadi sekali lagi bahwa 2,4% komponen nabatinya, 97,6% adalah avtur yang konvensional, artinya yang kita selama ini produksikan dari fossil fuel," ucapnya.

Kapasitas produksi bioavtur tersebut mencapai 9.000 barel per hari (bph) dan akan terus ditingkatkan sesuai kebutuhan pasar. Dengan itu, emisi karbon industri penerbangan juga bisa ditekan hingga 22.000 Ton CO2e per tahun.

Bioavtur/SAF KPI juga diketahui telah berhasil melalui Uji Ground Round dan Flight Test untuk keperluan maskapai Komersial pada pesawat Boeing 737-800 PK GFX di Soekarno Hatta International Airport (CGK), Tangerang, Banten (4/10/2023).

Dari aspek sustainability dan pembuktian produk rendah emisi gas rumah kaca, Bioavtur/SAF Pertamina telah memenuhi kriteria framework pengujian secara global diantaranya CORSIA oleh ICAO, RefuelEU/Fit55 oleh Uni Eropa, EU/UK Emission Trading, Tax Credit IRA USA. Hal ini menunjukkan tekad KPI untuk menjadi first mover dan leader dalam penyediaan bioavtur/SAF di kawasan nasional dan regional.

Hal tersebut tak lepas dari portofolio bisnis unit kilang Cilacap yang merupakan produsen Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Aviation Turbine terbesar di Indonesia, dengan angka produksi tertinggi 1.852 ribu barrel sepanjang tahun 2020. Kemudian, di kawasan Regional Asia Tenggara saat ini hanya KPI yang berhasil melakukan produksi komersial bioavtur hingga uji terbang untuk pesawat komersial.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina NRE Akuisisi 20% Saham Perusahaan EBT Filipina