Big Stories 2023

China Buka Pintu Lebar-Lebar Usai 3 Tahun Terisolasi Covid-19

Thea Arbar, CNBC Indonesia
Minggu, 31/12/2023 16:00 WIB
Foto: REUTERS/TYRONE SIU

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembukaan kembali perbatasan (border) China setelah menutup diri dari dunia luar selama tiga tahun menjadi salah satu berita terpopuler CNBC Indonesia di 2023. Berikut pemberitaan terkait peristiwa yang terjadi pada awal-awal tahun 2023 lalu.

Pembukaan Pertama dalam Tiga Tahun

Pada Januari 2023, China daratan telah membuka perbatasannya dengan Hong Kong dan mengakhiri persyaratan karantina bagi pelancong yang datang. Ini menjadi keputusan terakhir dari kebijakan nol-COVID yang dibuat untuk melindungi orang-orang China dari virus, tetapi juga memisahkan mereka dari negara lain.


Pembukaan perbatasan mengikuti dimulainya "chun yun", yakni periode 40 hari pertama perjalanan Tahun Baru Imlek, yang sebelum pandemi merupakan migrasi tahunan terbesar di dunia dari orang-orang yang kembali ke kampung halaman untuk berlibur.

Para Maret 2023, China akhirnya membuka kembali sepenuhnya perbatasan untuk pengunjung asing, termasuk turis. Keputusan ini dilakukan setelah tiga tahun memberlakukan pembatasan ketat akibat pandemi Covid-19.

Seperti dilansir CNN International, pernyataan itu disampaikan Kedutaan Besar China di Amerika Serikat (AS). Mereka telah menyatakan Negeri Tirai Bambu tersebut akan kembali mengeluarkan semua kategori visa untuk orang asing pada 15 Maret lalu.

Pelancong yang memegang visa multi-tahun yang dikeluarkan sebelum 28 Maret 2020, atau tepat saat China menutup perbatasannya, akan diizinkan untuk menggunakannya selama belum kedaluwarsa. Otoritas China sebelumnya mendeklarasikan "kemenangan besar dan menentukan" dalam penanganan mereka terhadap wabah virus corona, yang telah melanda negara itu, menyusul pelonggaran mendadak kebijakan "nol-Covid" Beijing pada akhir tahun 2022 lalu.

s Lok Ma Chau border checkpoint on the first day China reopens the border amid the coronavirus disease (COVID-19) pandemic in Hong Kong, China, January 8, 2023. REUTERS/Tyrone Siu" title="HEALTH-CORONAVIRUS/HONGKONG" />Foto: REUTERS/TYRONE SIU
Travellers arrive at Hong Kong's Lok Ma Chau border checkpoint on the first day China reopens the border amid the coronavirus disease (COVID-19) pandemic in Hong Kong, China, January 8, 2023. REUTERS/Tyrone Siu

Ekonomi Xi Jinping

Pengumuman pembukaan perbatasan China muncul ketika negara yang dipimpin Xi Jinping ini berusaha untuk menghidupkan kembali ekonomi dan industri pariwisata domestiknya setelah melambatnya pertumbuhan selama satu tahun terakhir, yang diperburuk oleh langkah-langkah kebijakan Zero-Covid Policy menghadapi pandemi.

Pada 2022 lalu, China mencatat 115 juta perjalanan lintas batas, jauh di bawah tingkat sebelum pandemi tahun 2019 yakni sebesar 670 juta. Sebagai informasi, turis asing menyumbang 97,7 juta dari perjalanan tersebut pada 2019. Namun angka ini turun menjadi hanya 4,47 juta tahun lalu akibat pembatasan Covid yang membuat hampir semua pelancong dan warga tidak bisa keluar dan masuk.

Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2023 menjadi 5% dari 5,2%. Dengan krisis properti yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menghambat aktivitas ekonomi dan membebani kepercayaan rumah tangga, IMF juga memangkas perkiraan tahun 2024 menjadi 4,2% dari 4,5%.

Diketahui perekonomian China tumbuh sebesar 6,3% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal kedua tahun 2023, menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan 4,5% yang tercatat pada kuartal pertama, namun masih jauh dari perkiraan pasar sebesar 7,3%.

Jika perkiraan IMF untuk tahun ini berhasil, maka hal tersebut akan sejalan dengan target Beijing sendiri yaitu "sekitar 5%", namun lebih rendah dari proyeksi dalam laporannya pada Juli 2023.

Perekonomian China hanya bertumbuh sebesar 3% pada tahun lalu, jauh di bawah target resmi sebesar 5,5% karena terhambat oleh kebijakan ketat terkait penanganan Covid-19. Sektor real estate utama di negara ini umumnya menyumbang sekitar seperempat dari PDB, namun industri ini telah berpindah dari satu krisis ke krisis lainnya dalam beberapa tahun terakhir, di mana perusahaan-perusahaan besar lumpuh karena tumpukan utang.

Raksasa properti yang sarat utang, Country Garden, pernah mengatakan mereka tidak berharap untuk memenuhi seluruh kewajiban pembayaran luar negeri tepat waktu karena perusahaan tersebut tertatih-tatih menuju potensi gagal bayar.

Pesaingnya, Evergrande, yang memiliki utang lebih dari US$300 miliar atau setara Rp4,7 kuadriliun, berada di ambang kebangkrutan sementara bosnya menghadapi penyelidikan kriminal.

Selama dua tahun terakhir, permasalahan utang yang dialami kelompok properti telah memicu ketidakpercayaan terhadap sektor yang dulunya sangat menguntungkan ini. Hal ini melemahkan kepercayaan pembeli rumah dan memperpanjang penurunan sektor properti.

Nilai PDB China juga tercatat sebesar 64,5% dibandingkan PDB Amerika Serikat (AS) pada semester pertama tahun 2023, turun ke level terendah sejak tahun 2020. Sebagai perbandingan, nilai PDB China per akhir 2022 ada di kisaran US$ 17,9 triliun sementara AS ada di angka US$ 25.46 triliun.

Melemahnya PDB ini justru terjadi ketika China sudah dalam tahap pemulihan pasca Covid. China pun dianggap gagal memenuhi harapan banyak orang untuk tumbuh cepat setelah membuka perbatasan.


(tfa/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkes Dipanggil Presiden, Lapor Soal Covid-19 & Cek Kesehatan