
Ramai Orang Kena 'Virus Mantab', Ekonomi RI Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena berbagai lapisan masyarakat yang makan tabungan atau mantab untuk menjaga kebutuhan konsumsinya, tak membuat pemerintah khawatir menekan laju pertumbuhan ekonomi hingga tahun depan.
Tim Ahli Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, ini karena pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan yang langsung menjaga daya beli masyarakat, seperti program bantuan pangan, bantuan langsung tunai (blt) el nino, hingga insentif pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk sektor properti.
"Ketika terjadi tekanan harga yang mengurangi daya beli masyarakat pemerintah langsung memberikan blt dalam rangka el nino, kemudian juga bantuan beras," ucap Iskandar dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (27/12/2023)
Di sisi lain, Iskandar menambahkan, laju pertumbuhan ekonomi tahun depan juga masih akan terjaga karena adanya efek konsumsi yang tinggi dari sisi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) saat memasukinya masa Pemilu ataupun Pilpres 2024.
"Dari government spending juga dari para peserta Pemilu baik dari Parpol maupun caleg, sehingga di kuartal III tahun ini saja pertumbuhan LNPRT itu justru meningkat signifikan bahkan kalau kita lihat LNPRT sudah tumbuh 8,61% di kuartal III," tutur Iskandar.
Ia menambahkan, ketatnya likuiditas yang terjadi selama 2023 akibat dampak pengetatan kebijakan moneter di domestik maupun global juga akan mereda pada semester II tahun depan. Sebab, bank sentral AS sendiri, yakni The Fed telah memberi sinyal pelonggaran suku bunga pada paruh kedua tahun depan.
"Jadi dengan stimulus fiskal kemudian kita perkirakan akan terjadi pelonggaran likuiditas semester II, maka walau terjadi ketidakpastian yang meningkat, kita optimistis pertumbuhan kita capai setidaknya 5,0% dan bahkan bisa mencapai 5,2% pada 2024," ucap Iskandar.
Harga pangan yang terus bergejolak selama 2023 menurutnya juga akan kembali stabil pada tahun depan, seiring sudah mulai berakhirnya efek berkepanjangan fenomena el nino atau panas dan kekeringan berlebih. Produksi pangan tahun depan pun menurutnya akan kembali pulih sehingga mengurangi dampak tekanan harga pangan seperti saat ini terhadap daya beli masyarakat.
Apalagi, ia melanjutkan, pemerintah terus konsisten memperkuat tim pengendali inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah (TPIP/TPID) dengan 4K fokus kebijakan, yakni kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, dan komunikasi yang efektif.
"Kalau kita lihat inflasi IHK kita tahun lalu itu kan di kisaran 5,7% ya, tapi di bulan November itu year on year ya 2,86% itu, artinya di tengah kelangkaan pangan khususnya beras akibat daripada el-nino kita bisa mempertahankan inflasi kita turun ya sangat signifikan," ungkap Iskandar.
Oleh sebab itu, Iskandar memastikan, dengan berbagai kebijakan yang mampu menjaga tingkat konsumsi masyarakat di atas 5% akan mampu terus menjaga daya taha pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai target pemerintah, yakni 5,2% pada 2024. Sebab, 50% lebih PDB Indonesia disumbang oleh konsumsi.
"Kalau kita bisa mempertahankan konsumsi domestik kita itu tetap stabil di kisaran 5%, maka pertumbuhan ekonomi itu akan bisa kita capai 5%, tapi tentunya investasi itu tetap kita dorong ya," ungkap Iskandar.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga sudah mengumumkan sederet paket kebijakan yang diharapkan dapat mendorong perekonomian Indonesia pada kuartal IV-2023. Tanpa paket kebijakan yang terdiri dari insentif fiskal dan bantuan sosial ini, ekonomi Indonesia bisa kembali melemah 4,81%.
"Dari proyeksi kita dengan banyaknya ketidakpastian itu bisa lemah 4,81%, dengan adanya paket ini yang bisa berjalan di kuartal III kita berharap bisa menambah 0,2% additional growth sehingga di kuartal IV pertumbuhan ekonomi bisa dijaga di 5,01%, sehingga pada full year 2023 kita harap perekonomian kita tetap akan terjaga di 5,04%," ujarnya dalam konferensi pers PDB Kuartal III-2023, dikutip Selasa (7/11/2023).
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid Jadi Sebab Orang RI Makan Tabungan, Ini Penjelasannya!