Mengenal Houthi Yaman & Mengungkap 4 Negara Sekutunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama berminggu-minggu, pemberontak Houthi di Yaman telah melancarkan serangan drone dan roket yang menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab, jalur strategis yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Arab.
Di bawah ini adalah gambaran mengenai siapa kelompok Houthi, bagaimana mereka menjadi kekuatan militer yang tangguh meski tidak resmi, dan mengapa mereka melancarkan serangan terhadap jalur perdagangan penting tersebut, serta sekutu mereka.
Sejarah
Melansir Reuters, pada akhir tahun 1990-an, keluarga Houthi di ujung utara Yaman mendirikan gerakan kebangkitan agama untuk sekte Islam Syiah Zaydi, yang pernah memerintah Yaman tetapi wilayah utaranya menjadi miskin dan terpinggirkan.
Ketika perselisihan dengan pemerintah semakin meningkat, mereka melancarkan serangkaian perang gerilya dengan tentara nasional dan konflik perbatasan singkat dengan kelompok besar Sunni, Arab Saudi.
Pertumbuhan Kekuatan
Kekuatan mereka tumbuh selama perang Yaman yang dimulai pada akhir tahun 2014, ketika mereka merebut Sanaa. Khawatir dengan semakin besarnya pengaruh Syiah Iran di sepanjang perbatasannya, Arab Saudi melakukan intervensi sebagai pemimpin koalisi yang didukung Barat pada tahun 2015 untuk mendukung pemerintah Yaman.
Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara dan pusat populasi besar lainnya, sementara pemerintah yang diakui secara internasional bermarkas di Aden.
Yaman telah menikmati lebih dari satu tahun keadaan yang relatif tenang di tengah upaya perdamaian yang dipimpin PBB. Arab Saudi telah mengadakan pembicaraan dengan Houthi dalam upaya untuk keluar dari perang.
Peran dalam Perang Timur Tengah
Kelompok Houthi terlibat dalam konflik terbaru yang menyebar ke seluruh Timur Tengah, dengan mengumumkan pada 31 Oktober bahwa mereka telah menembakkan drone dan rudal ke Israel dan bersumpah akan terus melakukan serangan "sampai agresi Israel berhenti".
Tindakan mereka serupa dengan peran kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, yang menyerang posisi Israel di perbatasan Lebanon, dan milisi Irak yang menembaki kepentingan Amerika Serikat (AS) di Irak dan Suriah.
Meningkatkan ancaman mereka, kelompok Houthi mengatakan pada 9 Desember bahwa mereka akan menargetkan semua kapal yang menuju ke Israel, apapun kebangsaannya, dan memperingatkan semua perusahaan pelayaran internasional agar tidak berurusan dengan pelabuhan Israel.
"Jika Gaza tidak menerima makanan dan obat-obatan yang dibutuhkannya, semua kapal di Laut Merah yang menuju pelabuhan Israel, apapun kewarganegaraannya, akan menjadi sasaran angkatan bersenjata kami," kata juru bicara Houthi dalam pernyataannya pada 9 Desember.
Slogan Houthi adalah "Matilah Amerika, Matilah Israel, kutuk Yahudi dan kemenangan bagi Islam".
Sekutu
Amerika Serikat percaya bahwa Korps Garda Revolusi Islam Iran membantu merencanakan dan melaksanakan serangan rudal dan drone Houthi.
"Dukungan Iran terhadap serangan Houthi terhadap kapal komersial harus dihentikan," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada 18 Desember.
Meski begitu Iran menyangkal keterlibatannya.
Koalisi pimpinan Arab Saudi telah lama menuduh Iran mempersenjatai, melatih, dan mendanai kelompok Houthi. Kelompok Houthi menyangkal menjadi wakil Iran dan mengatakan mereka mengembangkan senjata mereka sendiri.
Selain Iran, beberapa negara lain, seperti Suriah, Korea Utara (Korut) dan Oman juga diduga menjadi sekutu Houthi, meski belum ada sama sekali konfirmasi resmi dari beberapa negara tersebut terkait dukungannya terhadap Houthi.
Gudang Senjata
Houthi menunjukkan kemampuan rudal dan drone mereka selama perang Yaman dalam serangan terhadap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menargetkan instalasi minyak dan infrastruktur penting.
Persenjataannya mencakup rudal balistik dan drone bersenjata yang mampu menghantam Israel lebih dari 1.000 mil dari pusat kekuasaan mereka di Sanaa.
Kata para ahli, rudal Tofan, Borkan, dan Quds mereka meniru senjata Iran dan dapat mencapai sasaran hingga 2.000 km (1.200 mil) jauhnya.
Houthi menembakkan rudal-rudal ini ke Arab Saudi puluhan kali selama perang Yaman. Pada bulan September, Houthi menampilkan rudal anti-pesawat Barq-2, rudal angkatan laut, jet tempur Mig-29, dan helikopter untuk pertama kalinya.
Houthi juga menggunakan kapal cepat yang dipersenjatai senapan mesin dalam operasi mereka melawan pelayaran.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap Ini Alasan Houthi Serang Israel, Ada Peran Iran?
