Minyak Tak Bergejolak di 2024, Harga Pertalite Bisa Turun?

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
22 December 2023 15:20
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 dengan tema
Foto: Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 dengan tema "Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global" di Hotel The St. Regis pada Jumat (22/12/2023). (Tangkapan Layar Youtube CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara perihal ungkapan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang menyinggung harga minyak mentah dunia yang disinyalir tidak akan bergejolak lagi pada tahun depan.

"Bu Menteri Keuangan tadi bisik-bisik ke saya, urusan harga minyak kelihatannya sudah tidak akan bergejolak naik lagi," ujarnya dalam Economic Outlook 2024, Jumat (22/12/2023).

Terpantau, pada perdagangan Kamis (21/12/2023), harga minyak mentah WTI tercatat diperdagangkan melemah 0,55% di posisi US$73,81 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 0,88% ke posisi US$79 per barel.

Hal tersebut tentu menjadi pertanyaan, apakah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi seperti Pertalite (RON 90) juga akan turun dari yang saat ini dibanderol dengan harga Rp 10.000 per liter.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengungkapkan harga minyak mentah dunia yang masih di level US$ 79 per barel tersebut belum bisa membuat harga BBM bersubsidi jenis RON 90 atau Pertalite turun khususnya untuk tahun 2024 mendatang.

Dia mengatakan perhitungan harga jual Pertalite mempertimbangkan harga minyak mentah dunia dan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (US$).

"Sekarang harganya (minyak mentah) masih US$ 79 (per barel), itu nanti ekuilibriumnya kan harus pada harga minyak tertentu dan kurs juga tertentu, itu yang akan jadi bahasan Kemenkeu," beber Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Dia mengatakan pihaknya akan memperhitungkan kembali harga jual BBM bersubsidi Pertalite saat harga minyak mentah sudah menyentuh level US$ 60 per barel. "Kan dulu kita bilangnya berapa kan US$ 60-an ke bawah kan. Dulu waktu itu kursya berapa ya," ujar Arifin.

Alih-alih menunggu harga jual BBM Pertalite turun, Arifin mengatakan seharusnya Indonesia mempercepat program transisi konversi kendaraan yang menggunakan BBM menjadi kendaraan listrik.

"Makanya kita harus segera percepat program apa transisi konversi (kendaraan menggunakan BBM) ke listrik supaya nggak tergantung sama minyak kebanyakan. Kalau (kendaraan) listrik kan nggak usah disubsidi," tambah dia.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh, Laba Shell Meleset Dari Target

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular