
RI Dikucilkan AS & Dirundung Eropa, Begini Jurus Tim Ganjar

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Eksekutif TPN Ganjar-Mahfud Heru Dewanto menyadari cita-cita Indonesia untuk menjadi raja baterai dunia tak mudah. Mengingat komitmen pemerintah saat ini untuk menggenjot program hilirisasi mineral di dalam negeri mendapat serangan dari berbagai pihak.
Heru menyebut selain digugat di WTO, kini Uni Eropa juga berencana menerbitkan undang-undang baru yang menjamin pasokan mineral mentah, seperti logam dasar aluminium, tembaga, dan nikel dan akan mengakhiri ketergantungannya terhadap pasokan luar negeri, salah satunya yang berasal dari China.
Hal itu tertuang dalam Undang-Undang Bahan Baku Kritis atau the Critical Raw Materials Act (CRMA) yang dirancang untuk memastikan Eropa menjadi basis manufaktur kendaraan listrik, turbin angin, dan alat ramah lingkungan.
Tak berhenti di situ, produk nikel Indonesia melalui hasil hilirisasi juga dikucilkan Amerika Serikat (AS). Di Amerika Serikat, produk nikel RI tidak masuk dalam pemberian insentif hijau yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Pengurangan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) AS.
"Amerika kan sudah mengeluarkan IRA. Kemudian Eropa keluarkan critical minerals nah jadi persoalan ini adalah persoalan geopolitik, bagaimana kita menyelesaikan ini kalau kita lakukan dengan teknologi," ujarnya dalam acara Your Money Your Vote CNBC Indonesia, dikutip Kamis (21/12/2023).
Oleh sebab itu, guna menghadapi persoalan tersebut pihaknya akan mengandalkan penggunaan teknologi. Ia pun optimistis melalui penguasaan teknologi Indonesia bisa menjadi pemain nikel kelas dunia.
Heru mengatakan melalui hilirisasi pihaknya mempunyai mimpi menjadikan Indonesia lima besar kekuatan ekonomi dunia. Adapun untuk mencapai tingkatan tersebut, pendapatan per kapita Indonesia harus di atas US$ 15.000 pada 2045 mendatang.
"Untuk itu kita butuh pertumbuhan sampai 7%. Untuk bisa mencapai pertumbuhan 7% berarti kita butuh mesin-mesin ekonomi yang lebih kuat dan lebih baru. Salah satunya hilirisasi kalau kita gunakan mesin-mesin ekonomi yang ada sekarang ini gak mungkin sampai ke 7%," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ganjar Turun Langsung 'Sidak' IKN, Begini Penampakannya
