Internasional

Netanyahu Buka Suara Pembicaraan Gencatan Senjata Baru Gaza

sef, CNBC Indonesia
Senin, 18/12/2023 11:10 WIB
Foto: PM Israel Benjamin Netanyahu (Ardi Suratman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan perundingan baru dengan Hamas. Ini terjadi setelah militer Israel menembak sandera, warga negaranya sendiri, karena mengira pasukan Hamas, akhir pekan kemarin.

Reuters melaporkan Netanyahu mengonfirmasi bahwa perundingan baru yang dimediasi Qatar sedang dilakukan. Sebelumnya sebuah sumber juga mengatakan pemimpin perundingan Israel, Kepala Mossad David Barnea, telah bertemu dengan PM Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, di Eropa.


"Kami mengkritik serius Qatar, yang saya kira Anda akan mendengarnya nanti, tapi saat ini kami sedang berusaha menyelesaikan pemulihan sandera kami," katanya menyinggung hubungan negara Teluk yang kaya gas itu dengan Hamas, dikutip Senin (18/12/2023).

"Ada satu kesalahan yang bisa kita lakukan, yaitu menyampaikan perhitungan kita kepada Hamas, kepada dunia," tambahnya lagi.

"(Jadi) Kami tidak akan membahas rincian negosiasi."

Ia mengaku telah mendapat tekanan karena sandera. Meski demikian, Netanyahu berjanji akan mempertahankan tindakan kerasnya ke Hamas di Gaza.

"Instruksi yang saya berikan kepada tim perunding didasarkan pada tekanan ini, yang tanpanya kita tidak akan mendapatkan apa-apa," katanya lagi.

Qatar dan Mesir adalah mediator antara Israel dan Hamas dalam kesepakatan yang menghasilkan gencatan senjata selama seminggu pada akhir November. Hamas membebaskan lebih dari 100 wanita, anak-anak dan orang asing yang ditahannya dengan imbalan 240 wanita dan remaja Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel.

Media Axios mengatakan pertemuan hari Jumat itu adalah yang pertama antara Barnea dan Al Thani sejak gencatan senjata November. Sumber yang berbicara kepada Reuters mengatakan Barnea kembali ke Israel pada Sabtu pagi untuk memberi pengarahan kepada Netanyahu.

Dua sumber keamanan Mesir mengatakan para pejabat Israel tampaknya lebih bersedia, melalui pembicaraan dengan mediator, untuk mencapai kesepakatan baru bagi gencatan senjata di Gaza dan pembebasan tahanan Palestina dengan imbalan pemulihan sandera. Sumber-sumber Mesir mengatakan para pejabat Israel tampaknya telah berubah pikiran mengenai beberapa hal yang sebelumnya mereka tolak, namun tidak menjelaskan lebih lanjut.

Israel sendiri yakin bahwa 20 atau lebih dari 130 sandera yang masih ditahan di Gaza telah tewas. Keluarga para sandera mengadakan unjuk rasa pada hari Sabtu, menuntut agar Israel mempertimbangkan pembebasan militan senior Palestina dari penjara dalam perjanjian pertukaran baru.

"Pemerintah Israel harus aktif. Mereka perlu memberikan tawaran, termasuk para tahanan yang tangannya berlumuran darah, dan memberikan tawaran terbaik agar para sandera dapat kembali hidup," kata Ruby Chen, ayah dari 19 anak yang juga disandera.

Pada Jumat, Israel secara tidak sengaja membunuh tiga sandera yang mendekati mereka dengan bendera putih setelah melarikan diri dari penculiknya di Gaza pada hari Jumat. Para sondera itu antara lain Yotam Haim dan Alon Shamriz, keduanya berasal dari Kibbutz Kfar Aza dan Samer El-Talalqa, yang disandera dari Kibbutz Nir Am.

Juru bicara IDF Daniel Hagari mengatakan militer memikul tanggung jawab atas semua yang terjadi. Ia mengatakan yakin ketiganya melarikan diri atau ditinggalkan Hamas saat Israel menyerang.

Kata Hamas

Pemimpin Hamas di pengasingan, Osama Hamdan, mengatakan pihaknya hanya akan membebaskan tentara yang ditawan di Gaza sampai seluruh agresi dihentikan. Dia mengatakan hal itu harus terjadi melalui kesepakatan yang dinegosiasikan "sesuai dengan kondisi yang ditetapkan oleh kelompok perlawanan".

Dalam upaya nyata untuk mempengaruhi opini publik Israel, Hamas juga merilis video yang menunjukkan sandera yang dibunuh dan diakhiri dengan peringatan Ibrani. "Waktu hampir habis," tegasnya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Netanyahu Klaim Bunuh Bos Hamas Mohammed Sinwar