Bulog Bujuk Rayu India Mau Ekspor Lagi Berasnya ke RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Perum Bulog menyampaikan bahwa pihaknya tengah mengupayakan agar kuota tambahan impor beras sebanyak 1,5 juta ton terealisasikan seluruhnya. Yang mana sebelumnya sempat dikatakan Bulog hanya sanggup teken kontrak pengadaan beras dari luar negeri itu 1 juta ton.
Manajer Humas dan Kelembagaan Perum Bulog Tomi Wijaya mengatakan, Bulog tengah berupaya agar 500 ribu ton kuota impor beras sisanya dapat terkontrak sebelum tahun 2023 berakhir, karena itu merupakan kuota penugasan impor tambahan di tahun ini.
"Kalau kita bisa kontrak sebelum 2023 itu bisa carry over (ke tahun 2024), tapi itu tetap masuk penugasan tahun 2023, karena kan yang bisa carry over yang sudah dikontrak," ungkap Tomi dalam konferensi pers di kantor pusat Perum Bulog Jakarta, Jumat (15/12/2023).
Apabila tidak terkontrak, lanjutnya, saat ini Perum Bulog berupaya agar kuota penugasan itu bisa diperpanjang ke tahun 2024, agar tidak hangus seperti yang disampaikan sebelumnya.
"Sebenarnya ada opsi (dua) perpanjangan, tapi kita gak tahu nanti melihat situasi dulu. Seperti tahun lalu kan ada yang lewat tahun ya, itu kita mesti mengajukan perpanjangan waktu pelaksanaan impor. Tapi opsi pertama memang kita pengen tetap dikejar bisa dikontrak di 2023 ini," ujarnya.
Tomi mengatakan, masih ada sisa waktu 15 hari sampai akhir tahun 2023. Dia berharap hasil kunjungan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi bersama jajaran direksi Perum Bulog dapat berhasil menjajaki negara-negara yang produksi berasnya masih berlimpah.
"Masih ada waktu 15 hari lagi ya, mudah-mudahan hasil kunjungan Pak Dirut dan beberapa direksi sedang menjajaki, harapannya bisa kita kontrak di tahun 2023 ini," ucap Tomi.
Adapun rencana penjajakan tersebut, Tomi menyebut, ada kemungkinan dari India, karena saat ini India sudah mulai membuka kembali keran ekspornya.
"Ada kemungkinan dari India, kan sedang dijajaki nih, kalau kemungkinan pasti ada. Bisa jadi (dari India), bisa juga dari beberapa negara juga, karena Thailand sama Vietnam kan masih berproduksi nih, semakin banyak negara kan proses masuknya semakin cepat. kalau hanya mengandalkan satu negara nanti realisasi nya bisa lama," tuturnya.
Sebelumnya, Mantan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau akrab disapa Buwas, saat dirinya masih menjabat, mengatakan importasi beras tambahan hingga akhir tahun 2023 yang rencananya 1,5 juta ton hanya akan didatangkan sebanyak 1 juta ton. Hal ini menyusul karena Perum Bulog hanya menyanggupi impor dan terkontrak sebanyak 1 juta ton beras.
Sementara sisanya yang 500 ribu ton, kata Buwas akan hangus, tidak akan ditambahkan ke kuota impor 2 juta ton di tahun 2024.
"Yang 500 ribu (ton) langsung gak bisa carryover (dialihkan ke tahun depan), yang carryover hanya yang terkontrak tahun ini. Kalau mau (yang 500 ribu ton) itu harus diajukan lagi atau ditugaskan lagi oleh negara sebagai tambahan, karena itu kan penugasan 2023, ya harus terealisasi di tahun 2023 (juga)," jelasnya saat ditemui di Kompleks DPR RI, Rabu (8/11/2023).
Ia merinci, dari rencana tambahan 1,5 juta ton hingga akhir tahun 2023 itu yang sudah terkontrak ada 1 juta ton, di mana yang bisa terealisasi di tahun ini hanya sebanyak 600 ribu ton, sementara 400 ribu ton sisanya datang tahun depan.
Adapun alasan 500 ribu ton beras yang tidak bisa masuk atau kuota hangus itu, katanya, karena kemampuan bongkar muat RI yang tidak menyanggupi, serta pemerintah juga mempertimbangkan harga dan kualitas dari beras tersebut.
(wur)