Mantan Menteri Ungkap Biang Kerok Pariwisata RI Lambat

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
13 December 2023 12:40
Sesi I Paparan di Business Forum bertajuk 'Peluang Bisnis dalam Sektor Manufaktur dan Sektor Pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia' di Bangka Belitung, Rabu (13/12/2023). (CNBC Indonesia/Revo Gilang)
Foto: (CNBC Indonesia/Revo Gilang)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pariwisata periode tahun 2014-2019 Arief Yahya mengungkapkan cerita pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden saat itu, Jusuf Kalla (JK). Dalam pertemuan itu, dia mengaku mengusulkan agar dibangun 100 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Arief pun menuturkan alasan di balik usulnya itu. Dia mengatakan, meski jumlah kunjungan wisatawan mancanegera (wisman) ke RI kalah dengan negara lain, namun Indonesia masih tetap masuk dalam kelompok terbaik di dunia. Mulai dari kategori alam sampai budaya, Indonesia selalu masuk Top 20.

Hanya saja, kata dia, meski dari segi harga, seperti Kuta yang bagus namun juga murah, tapi tidak laku.

"Permasalahannya adalah kita sangat lambat. Saya simpulkan, akhirnya saya percaya, KEK adalah salah satu solusinya. Saya pernah sampaikan ke Presiden langsung, waktu itu bertiga saya, Pak Jokowi dan JK, saya usulkan 100 KEK," tuturnya dalam Business Forum bertajuk 'Peluang Bisnis dalam Sektor Manufaktur dan Sektor Pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia' di Hotel Sheraton, KEK Tanjung Kelayang, Belitung, Rabu, (13/12/2023).

"Saya bilang, 'Pak, masalah kita ada di birokrasi'. Saya contohkan di beberapa negara kalau birokrasi itu hilang di KEK. Kalau bangun hotel di KEK, sehari atau seminggu selesai. Tapi kalau bukan KEK butuh 3-4 tahun. Tidak mudah dan tidak murah pula," kata Arief.

Karena itu, dia mengaku menyampaikan ke Presiden, transformasi birokrasi butuh waktu 100 tahun.

"Maka tidak mungkin. Yang paling mungkin adalah KEK. Makanya yang 100 itu saya minta 1 KEK per provinsi lah," ujarnya.

Di sisi lain, Arief pun menyoroti kebijakan pemerintah yang mencabut aturan bebas visa untuk turis asing. Sebagai informasi, kebijakan ini tertera dalam Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-GR.01.07 Tahun 2023 yang berlaku mulai 7 Juni 2023 atas turis dari 159 negara.

"Kita selalu bilang untuk jadi global player, di pariwisata ada travel and tourism. Kita di travel ada policy-nya, kita dinilai sangat bagus, daya saing selalu top 5. Yang jadi masalah ketika visa free ditutup. Kenapa ditutup? Karena rugi katanya. Saya kasih tahu, pendapatan kita bukan dari visa yang US$20, tapi dari average revenue per travel," tukasnya.

"Kita lihat ranking kita 60 setelah kita menutup lagi visa itu. Kiat bisa tumbuh double karena kita bebaskan visa, sekarang ditutup," ujar Arief.

Arief mengatakan, industri pariwisata adalah sektor yang paling mudah untuk memacu peningkatan PDB devisa dan lapangan kerja. Dia mencontohkan, Kepulauan Bangka Belitung dan Danau Toba yang mengalami pertumbuhan 81% karena pemerintah daerahnya berkomitmen membangun pariwisata.

Karena itu, untuk membangun pariwisata Indonesia menjadi yang terbaik, pemerintah harus melakukan seperti yang dilakukan oleh Vietnam.

"Saat saya jadi menteri, saya tidak pernah menempatkan Vietnam sebagai rival kita. Malaysia dan Thailand selalu kita kalahkan, tapi Vietnam selalu menang dari kita. Saat kita tumbuh 22%, Vietnam tumbuh 29%," katanya.

"Apa yang dilakukan Vietnam? Vietnam adalah kekasih investasi dan investor. Mereka lakukan deregulasi besar-besaran. Rahasianya memang sama birokrasi begitu. Birokrasi ditiadakan. Terakhir saya sebutkan, saya dan OJK membangun tourism investor trust," kata Arief.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Begini Efek KTT ASEAN 2023 Bagi Pariwisata RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular