Bos ID Food Ungkap Fakta Mengejutkan Produksi Gula Nasional

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
13 December 2023 10:37
Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan. (CNBC Indonesia/Martya Sari)
Foto: Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan. (CNBC Indonesia/Martya Sari)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan mengungkapkan dalam 10 tahun terakhir rata-rata indikator produksi gula menunjukkan penurunan, sementara konsumsi terus meningkat setiap tahunnya.

"Kita melihat dalam satu dekade terakhir, produksi gula turun sebesar 1,16%. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan luas areal yang meningkat sebesar 7,4%, juga rendemen yang hanya meningkat 0,19%. Tetapi, produksi tebu di Indonesia mengalami penurunan 2,06%," ungkap Frans saat membuka acara National Sugar Summit (NSS) 2023 di Jakarta, Rabu (13/12/2023).

Sebagai pelaku usaha industri gula, menurutnya, tidak bisa diam begitu saja. Ia menilai para pelaku usaha harus dapat memegang peranan aktif untuk meningkatkan produksi gula Indonesia, terutama untuk mendukung program Swasembada gula yang sudah dicanangkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

"Penurunan produktivitas gula ini bukan hanya semata karena permasalahan iklim saja, tapi juga karena permasalahan kurangnya penerapan teknologi di industri gula tanah air," ujarnya.


Untuk itu, dalam upaya merespon berbagai kondisi dan dinamika yang dihadapi industri gula nasional saat ini, dari mulai kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan gula, juga rendahnya produktivitas, hingga penurunan ketersediaan lahan tebu untuk farming, pihaknya akan mendorong inovasi teknologi di perkebunan gula.

"Apabila inovasi teknologi dapat kita terapkan dan kita kembangkan dari sekarang, dan waktu yang akan datang, kita bisa melihat contoh keberhasilan dari beberapa negara dengan produksi gula terbesar seperti Brazil dan India. Di mana mereka tidak jauh dari inovasi di bidang teknologi, sebagai contoh Brazil mereka berfokus kepada pengembangan teknologi mesin, sedangkan India berfokus pada pengembangan tanaman tebu," ucap Frans.

Selain itu, lanjutnya, inovasi di hilir juga mutlak dibutuhkan Indonesia, jika Indonesia mengharapkan keberhasilan dalam peningkatan produksi tebu nasional.

Sementara itu, Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera mengatakan, untuk mencapai swasembada gula tersebut maka diperlukan tambahan lahan sekitar 700 ribu hektare. Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam Perpres Nomor 40 Tahun 2023.

"Nah tentu tidak mudah, karena sektor pertanian lainnya, komoditi pangan lainnya, juga sektor-sektor industri, kita harus juga menyediakan pemukiman buat warga dan seterusnya, kompetisi akan lahan ini akan sangat tinggi, sehingga kalau boleh kita fokus ke yang produktivitas. Namun pemerintah dan juga stakeholder lainnya tetap komitmen dalam upaya menyediakan lahan yang sudah ditargetkan (dalam Perpres Nomor 40 Tahun 2023)," kata Dida.

Lebih lanjut, Dida mengatakan produksi gula nasional ada kecenderungan menurun. Oleh karenanya, setiap tahun Indonesia terpaksa melakukan importasi gula dengan jumlah yang signifikan.

"Nah hal ini yang seharusnya kita jaga, artinya setiap tahun itu impor harusnya selalu berkecenderungan menurun, produksi kita seharusnya yang semakin hari, semakin tahun itu meningkat. Targetnya harus seperti itu. Tentu perlu adanya semacam pengorbanan. Ini tugas kita bersama," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suhu Panas Mendidih, Produksi Gula RI Bisa Kena Petaka?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular