Waduh! Ada 800x Gangguan Operasi Migas di 2023
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan target produksi lifting minyak bumi sebesar 660 ribu barel per hari (bph) pada tahun ini tidak tercapai.
Salah satu penyebab tidak tercapainya target produksi disebabkan oleh banyaknya gangguan operasional atau unplanned shutdown di beberapa fasilitas produksi yang ada. Hal ini lantas berdampak pada kinerja produksi dari lapangan-lapangan tersebut.
Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Wahju Wibowo mengatakan, kejadian berhentinya operasional fasilitas produksi tanpa direncanakan (unplanned shutdown) pada tahun ini sejatinya turun jika dibandingkan pada tahun lalu.
Adapun hingga saat ini, pihaknya mencatat kejadian unplanned shutdown telah tembus 800 kejadian atau turun dibandingkan 2022 yang mencapai 900 kejadian.
"Semakin turun dong, sekarang kan turun dari tahun sebelumnya, tahun depannya lagi mungkin, dulu 900 sekarang 800, mungkin tahun depan 700, paling enggak lebih sedikit lah," kata Wahju di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan terdapat fasilitas produksi migas berupa pipa yang sudah berumur puluhan tahun. Kondisi tersebut tentunya sudah tidak layak untuk digunakan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan fasilitas pipa yang berumur 30-40 tahun beberapa di antaranya berada di wilayah operasi anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE), seperti di Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) dan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
"Misalkan di OSES dan ONWJ itu 30-40 tahun, dan kita sudah tekankan, kita sudah beri paksaan kepada Pertamina untuk mengganti. Nggak ada cara lain," kata Tutuka dalam acara Penghargaan Keselamatan Migas tahun 2023, Selasa (3/10/2023).
Menurut Tutuka, usia pipa yang sudah cukup tua belakangan ini telah berdampak pada penurunan produksi siap jual (lifting) migas setiap tahunnya. Selain itu, kondisi tersebut juga berpengaruh pada kinerja keselamatan migas.
"Nah itu kan performance dari manajemen pada waktu itu kan, produksi turun. Ya karena nggak diganti-ganti. Kita melihat itu kok sudah banyak decline-nya, sudah tua. Harus diganti," ujarnya.
Adapun, Pertamina saat ini sudah mulai merencanakan untuk mengganti sejumlah pipa tersebut.
(wia)