Internasional

Resesi Baru Guncang China: Resesi Babi

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 05/12/2023 19:55 WIB
Foto: Babi di peternakan China (File Foto - AFP via Getty Images/PETER PARKS)

Jakarta, CNBC Indonesia - "Resesi" kini terjadi di China. Namun bukan penurunan ekonomi tetapi "resesi" babi.

Para peternak babi terbesar bahkan mengalami situasi tak menyenangkan. Pasalnya negara yang merupakan konsumen dari separuh daging babi dunia ini melihat adanya penurunan konsumsi yang akhirnya menurunkan pendapatan bisnis.


Sebelumnya perusahaan-perusahaan agribisnis besar berusaha keras untuk memasuki sektor ini dan dengan cepat melakukan modernisasi. Namun mereka memperluas peternakan babi dengan sangat agresif sehingga saat permintaan menurun, harga daging babi turun dan kerugian serta utang meningkat.

Kerugian yang lebih besar diperkirakan akan terjadi pada tahun depan, sehingga menempatkan perusahaan peternakan babi di China di bawah tekanan untuk mengurangi jumlah ternak mereka dan menjual peternakan mereka, yang sebagian besar masih kosong.

"Semuanya bergantung pada seberapa besar kantong yang dimiliki perusahaan-perusahaan ini," kata direktur penjualan China di Genesus Inc yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Lyle Jones, yang memasok ternak babi ke produsen terkemuka, seperti dikutip Reuters, Selasa (5/12/2023).

Perlu diketahui harga daging babi di China rata-rata jauh di bawah biaya produksi produsen paling efisien pada tahun ini. Untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade dan dalam tiga bulan terakhir saja, telah turun 15% menjadi 14,5 yuan per kilogram.

Kontrak berjangka babi hidup paling aktif di Dalian Commodity Exchange telah anjlok 7,3% sejak awal pekan lalu menjadi 13,910 yuan per metrik ton. Itu terendah sejak mereka mulai diperdagangkan hampir tiga tahun lalu.

Dari laman yang sama beberapa perusahaan dilaporkan mulai melepas bisnis babinya. New Hope Liuhe, produsen terbesar ketiga di China dan terbesar kelima di dunia, menjual peternakannya tahun lalu dan mengatakan kepada investor pada Juli bahwa mereka ingin menjual lebih banyak, sekaligus mendatangkan investor strategis ke unit lain yakni unggas dan makanannya.

Produsen besar Tech-Bank dan Fujian Aonong juga telah menjual saham atas anak perusahaannya untuk mendapatkan uang tunai. Sementara Jiangxi Zhengbang Technology, yang menjadi produsen terbesar kedua di China setelah melakukan ekspansi pesat, terpaksa melakukan restrukturisasi tahun lalu meskipun ada dukungan dari perusahaan yang dikelola pemerintah setempat.

Peternakan babi, seperti sektor pembangunan rumah hingga kendaraan listrik di China, dalam beberapa tahun terakhir memprioritaskan pertumbuhan dan pangsa pasar dibandingkan keuntungan. Ini menciptakan surplus yang mendorong harga daging babi lebih rendah dan kini menghambat impor.

Analis di Hua'an Securities memperkirakan produksi daging babi akan melonjak 10% pada paruh pertama tahun 2024. Hal ini menyusul lonjakan 17% dalam sembilan bulan pertama tahun ini di 15 perusahaan peternakan besar yang terdaftar di pasar China, bahkan ketika mereka melaporkan 200 miliar yuan. dalam gabungan kerugian bersih.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI - Australia Terancam Resesi