Rekor Tahun Ini, Inflasi Turki Tembus 62%
Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat inflasi tahunan Turki sedikit meningkat pada bulan November. Ini terlihat dari data badan statistik, TUIK, Senin (4/12/2023).
Data menunjukkan tanda-tanda penurunan lebih lanjut menyusul serangkaian kenaikan suku bunga yang tajam. Inflasi tercatat 61,98% pada bulan lalu, dari 61,36% pada bulan Oktober.
Sebenarnya, laju kenaikan harga konsumen diyakini mulai mereda. Ini setelah bank sentral Turki, CBRT, menaikan suku bunga selama enam bulan berturut-turut, membuat suku bunga menjadi 40% dari 8,5%.
"Kumpulan data terbaru menunjukkan biaya pinjaman yang lebih tinggi mulai memperlambat konsumsi - yang merupakan tujuan utama bank sentral," tulis AFP.
Meski begitu, inflasi ini tetap yang tertinggi tahun ini.
Perlu diketahui, inflasi melonjak setelah krisis mata uang pada akhir tahun 2021 dan mencapai puncaknya dalam 24 tahun sebesar 85,51% pada Oktober tahun lalu. Tahun ini, lira telah kehilangan sekitar 35% nilainya, sehingga menambah krisis biaya hidup bagi masyarakat Turki.
Data juga menunjukkan indeks harga produsen dalam negeri naik 2,81% month-on-month pada November dan kenaikan tahunan sebesar 42,25%. Kenaikan inflasi terbaru dimulai pada Juli karena kenaikan pajak dan penurunan tajam lira setelah pemilu Mei.
Sejak Juni, bank sentral telah membalikkan kebijakan suku bunga rendah yang telah lama didukung oleh Presiden Tayyip Erdogan. Pemerintah telah menaikkan suku bunga sebesar 3.150 basis poin untuk membendung inflasi dan juga menyesuaikan sejumlah aturan kredit.
Sebagai bagian dari janji pra-pemilu Erdogan, konsumsi gas alam bulanan rumah tangga hingga 25 meter kubik diberikan gratis. Ini berlaku hingga Mei tahun depan.
(sef/sef)