
Putin Terbitkan Perintah Baru, Bisa Jadi Senjata Makan Tuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perintah untuk menambah jumlah prajuritnya sebanyak hampir 170.000 tentara. Hal itu bisa menjadi senjata makan tuan.
Menurut dokumen yang diterbitkan oleh situs web Kremlin tersebut, yang dibagikan oleh Moskow pada akhir pekan lalu, menyatakan bahwa kuota personel militer Angkatan Bersenjata Federasi Rusia kini ditetapkan sebesar 1.320.000 tentara, meningkat dari jumlah sebelumnya yang ditetapkan sebesar 1.150.628 personel.
Kementerian Pertahanan Rusia (MoD) mengatakan kepada Reuters bahwa peningkatan tersebut merupakan respons terhadap "meningkatnya ancaman terhadap negara kita terkait dengan operasi militer khusus dan perluasan NATO yang sedang berlangsung." Pasukan Putin juga dilaporkan menderita kerugian besar dalam beberapa minggu terakhir saat perang di Ukraina memasuki bulan ke-22.
"Peningkatan jumlah personel militer Angkatan Bersenjata Federasi Rusia dilaksanakan secara bertahap dengan warga negara yang menyatakan keinginan untuk melakukan dinas militer berdasarkan kontrak," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan kepada TASS.
"Dalam hal ini, tidak ada peningkatan signifikan dalam wajib militer warga negara. Tidak ada rencana mobilisasi."
Langkah terbaru Putin ini bisa menjadi sebuah pertaruhan politik lain bagi pemimpin Kremlin tersebut, yang akan menghadapi pemilu ulang pada Maret mendatang.
Para pejabat Moskow mengatakan bahwa Putin diperkirakan tidak akan memiliki pesaing yang serius dalam pemilu tersebut, namun dengan makin tidak populernya perang di Ukraina di kalangan warga Rusia, dukungan Putin yang terus menerus terhadap serangan tersebut mungkin menjadi hambatan bagi kampanyenya untuk terpilih kembali.
Mark Katz, seorang profesor di Sekolah Kebijakan dan Pemerintahan Schar Universitas George Mason, menyatakan kepada Newsweek bahwa tidak semua hasil jajak pendapat menunjukkan kabar buruk bagi Putin, termasuk sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Carnegie Endowment for International Peace yang menemukan bahwa 75% warga Rusia "umumnya mendukung tindakan angkatan bersenjata Rusia".
"Namun, meskipun masyarakat Rusia saat ini mendukung upaya perang, tidak ada jaminan bahwa mereka akan terus melakukan hal tersebut, terutama jika rezim tersebut mencoba meningkatkan jumlah tentara," tambah Katz.
Situs investigasi, Important Stories, melaporkan awal bulan ini bahwa Kementerian Pertahanan Rusia mulai menargetkan populasi "rentan" untuk berperang melawan Ukraina, termasuk "migran, orang bangkrut, debitur, pengangguran."
Menurut surat yang dikirim oleh utusan presiden ke Distrik Federal Pusat Rusia, Kremlin telah mengidentifikasi total 22 kategori warga negara yang ingin ditargetkan Moskow melalui upaya perekrutan berbasis kontrak.
Terlepas dari siapa yang dianggap Kremlin sebagai pesaing serius dan selain dukungan publik yang goyah terhadap perang Putin, pemimpin Kremlin tersebut baru-baru ini mendapatkan penantang baru dalam pencalonannya pada pemilu tahun 2024.
Mantan komandan Rusia yang ditahan, Igor Girkin, mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden minggu lalu, dan para ahli mengatakan kepada Newsweek bahwa langkah tersebut bisa menjadi berita buruk bagi Putin, dan Girkin kemungkinan besar berharap untuk menarik sebagian pemilih yang menyalahkan militer Moskow karena belum mampu mengalahkan Ukraina.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Unjuk Gigi Jelang Pemilu, Pamer Ketahanan Ekonomi Rusia
