Hizbullah Buka Suara soal Gencatan Senjata Hamas-Israel
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok Hizbullah Lebanon buka suara terkait gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang kembali diperpanjang selama dua hari.
Seorang politisi senior Hizbullah mengatakan dia berharap gencatan senjata akan terus berlanjut dan kelompoknya yang didukung Iran telah mulai membayar kompensasi kepada orang-orang yang menderita kerugian selama berminggu-minggu serangan Israel di Lebanon selatan.
Menyusul dimulainya perang Hamas-Israel pada 7 Oktober, Hizbullah dan Israel terlibat dalam permusuhan terburuk sejak 2006, dengan Hizbullah menyerang posisi Israel di perbatasan dan Israel melancarkan serangan udara dan artileri.
Namun kekerasan lintas batas telah berhenti sejak Hamas - sekutu Hizbullah - dan Israel mencapai gencatan senjata sementara pada Jumat.
"Insyaallah, gencatan senjata akan berlanjut," kata anggota parlemen senior Hizbullah Hassan Fadlallah setelah pertemuan dengan Perdana Menteri sementara Najib Mikati, dilansir Reuters, Rabu (29/11/2023).
Kekerasan di perbatasan Israel-Lebanon telah memaksa puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan meninggalkan rumah mereka.
Serangan Israel di Lebanon telah menewaskan sekitar 100 orang - 80 di antaranya adalah pejuang Hizbullah. Permusuhan meningkat setelah serangan Hamas pada 7 Oktober dari Jalur Gaza ke Israel, memicu konflik yang menyebar ke seluruh wilayah tersebut.
Mengutip survei Hizbullah mengenai kerusakan akibat serangan Israel di Lebanon, Fadlallah mengatakan 37 bangunan tempat tinggal hancur total dan 11 lainnya terbakar habis. Sebanyak 1.500 rumah lainnya di wilayah selatan mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda.
Fadlallah mengatakan Mikati setuju pemerintah akan membayar kompensasi, termasuk mobil yang hancur dan kebun zaitun. Ini akan terpisah dari kompensasi yang harus dibayarkan oleh Hizbullah, tambahnya.
"Memang benar kami di Hizbullah mulai membayar kompensasi...tapi ini tidak berarti pemerintah tidak peduli, malah prihatin, dan (Mikati) sangat responsif," kata Fadlallah.
Hizbullah mengatakan mereka menghabiskan lebih dari US$300 juta untuk kompensasi dan rekonstruksi setelah perang tahun 2006, ketika serangan udara Israel menghancurkan sebagian besar wilayah pinggiran selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah.
(luc/luc)