
Pemudik Nataru Naik 143% Tembus 100 Juta Orang, Pesawat Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah armada pesawat tersedia musim libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 bisa terancam kurang. Di mana, pemerintah memprediksi pergerakan masyarakat pada musim libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 mencapai 107,63 juta orang.
Artinya, akan ada lonjakan sebanyak 143,65% atau 44,17 juta orang, dibanding pergerakan selama musim libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 yang sebanyak 44,17 juta orang.
Demikian mengacu hasil survei daring potensi pergerakan masyarakat saat musim libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/2024. Di mana, survei itu menemukan, sebanyak 13,38 juta orang atau 11,91% diantaranya akan melakukan perjalanan menggunakan pesawat selama saat musim libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/2024.
Hanya saja, menurut Sekretaris Jenderal asosiasi perusahaan penerbangan nasional, Indonesia National Air Carriers Association (INACA) potensi kenaikan jumlah penumpang tersebut justru tak sejalan dengan penambahan jumlah pesawat yang tak signifikan.
"Kenaikan pax demand Nataru tahun ini kemungkinan naik 25% kalau dibanding tahun lalu. Tapi, jumlah pesawat kemungkinan tidak bertambah signifikan, opsinya menambah frekuensi dan utilisasi pesawat," kata Bayu kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/11/2023).
Meski demikian, maskapai tetap mencoba untuk mengimbangi kenaikan jumlah penumpang dengan memperbanyak pesawat.
"Ya as usual masing-masing airline sudah menyiapkan tambahan kapasitas baik pesawat serta frekuensi khususnya ke tujuan-tujuan yang historis demand-nya tinggi selama Nataru. Diprediksi akan ada kenaikan demand baik rute domestik maupun internasional," kata Bayu.
Selain menambah jumlah pesawat, maskapai pun mengoptimalkan dengan memberdayakan pesawat yang ada namun belum tersedia untuk terbang karena dalam proses servis atau MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul).
Sayangnya, banyak pesawat yang menjalani MRO bukan di dalam negeri karena keterbatasan fasilitas. Maskapai pun harus saling rebutan untuk bisa mendapatkan slot.
"Kalau dari sisi maskapai, keterbatasan slot hangat di MRO dalam negeri, harga lebih kompetitif di luar dan kecepatan delivery-nya," sebut Bayu.
Pelaku industri MRO pun mengakui banyak maskapai yang masih melakukan MRO di luar negeri, jumlahnya bahkan tidak sedikit.
"Data yang telah kami kumpulkan menunjukkan bahwa lebih dari 50% perbaikan pesawat saat ini masih banyak dilakukan di luar negeri. Hal ini mengindikasikan besarnya potensi pasar perawatan pesawat," kata Direktur FL Technics Indonesia Martynas Grigas.
Demi meminimalisir banyak maskapai pergi MRO ke luar negeri, pihaknya kini tengah membuka fasilitas MRO kedua di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali setelah yang pertama di Soekarno Hatta. Luas MRO ini mencapai 14.013 m2 yang dirancang untuk menyediakan layanan lengkap heavy maintenance check bagi armada narrow body seperti Airbus & Boeing.
Di dalamnya juga akan dilengkapi dengan training facility, layanan logistik dan Pusat Logistik Berikat (PLB), serta beberapa layanan terintegrasi penting lainnya. Pembangunan fasilitas MRO ini dijadwalkan selesai pada Juli 2024 mendatang.
"Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (DPS) memiliki posisi strategis sebagai hub internasional tersibuk nomor dua di Indonesia," ujar Martynas.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Lupa, Lewat 5 Tol Sumatra Ini Gratis Saat Libur Nataru
