Internasional

AS Mendadak Blokir Produk Elektronik Tetangga RI, Kenapa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 November 2023 21:20
Ilustrasi Chip (Dok: Freepik)
Foto: Ilustrasi Chip (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai produk elektronik senilai US$74 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun yang sebagian besar berasal dari Malaysia dan Vietnam, ditolak masuk Amerika Serikat (AS) pada September lalu.

Menurut data resmi, seperti dikutip Reuters, Rabu (22/11/2023), barang elektronik seperti panel surya dan microchip dari dua negara tetangga RI tersebut ditolak dan diperiksa apakah komponennya hasil kerja paksa yang masih berlangsung di China.

Pada Juni 2022, AS telah memberlakukan peraturan yang lebih ketat dalam menangani pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang, China, rumah bagi minoritas Uighur yang sebagian besar beragama Islam.

Menurut data terakhir Bea Cukai AS, peraturan ketat ini menyebabkan pengendalian terhadap lebih dari 6.000 pengiriman yang membawa barang senilai lebih dari US$2 miliar (Rp31.1 triliun) hingga September. Hampir separuhnya ditolak atau masih menunggu persetujuan.

Pada September saja, pengiriman senilai US$82 juta (Rp1,2 triliun) ditolak atau ditahan untuk diperiksa, 90% di antaranya adalah barang elektronik. Jumlah ini melonjak kurang dari US$20 juta pada Agustus.

Lebih dari dua pertiga kargo yang ditolak atau ditahan berasal dari Malaysia atau Vietnam, yang merupakan eksportir utama panel surya dan semikonduktor ke Amerika Serikat (AS). Vietnam juga merupakan pemasok utama tekstil, alas kaki, dan pakaian jadi.

Adapun Xinjiang adalah produsen utama kapas dan polisilikon, yang digunakan dalam panel fotovoltaik dan semikonduktor.

Malaysia dan Vietnam memiliki kargo senilai sekitar US$320 juta (Rp4.9 triliun) yang masing-masing ditolak atau ditahan untuk diperiksa sejak peraturan baru ini diberlakukan, hampir tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan kargo China.

Meskipun merupakan bagian kecil dari perdagangan dengan Washington, tetapi gabungan ekspor semikonduktor dari kedua negara bernilai lebih dari US$730 juta (Rp11.3 triliun) pada Agustus saja.

Tidak jelas apakah perusahaan menunda pengiriman karena masalah tersebut. Sementara baik otoritas bea cukai AS, Kementerian Perdagangan Malaysia dan Kementerian Perindustrian Vietnam belum buka suara terkait masalah ini.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kata Pelanggan Transmart Full Day Sale: Terbukti Murah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular