Bulog Buka-bukaan, Beli Beras Lokal Sulit, Impor Apalagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengungkapkan pihaknya kesulitan melakukan pengadaan beras dari luar negeri alias impor. Selain karena kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS, jelasnya, kini Indonesia juga harus rebutan beras dengan Eropa, karena sekarang Eropa sudah mulai beralih dari gandum ke beras.
"Awalnya memang dapat nih di bawah Rp9.950 per kg bahkan. Tapi dengan kurs sekarang sudah Rp15.700/US$ memang ada relaksasi dari pemerintah untuk pengadaan beras dari luar negeri. Dan menariknya sekarang sudah ditugaskan (mengimpor) juga nggak gampang dapat beras, karena banyak yang menawarkan tapi banyak juga diperjalanan yang membatalkan," ujar Febby dalam Media Briefing Ombudsman RI, Jumat (17/11/2023).
"Maksudnya, sudah dapat kontrak tapi mereka batal. Terus terang, karena memang Eropa sekarang beli beras juga, karena dengan pembatasan gandum mereka beralih ke beras," lanjutnya.
Selain itu, kata Febby, Eropa juga membeli beras dengan harga lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Tak hanya Eropa, ternyata Filipina juga demikian.
"Eropa belinya lebih tinggi daripada kita. Jangan jauh-jauh, kita bicara Filipina dia bisa membeli lebih tinggi daripada kita. Ini menariknya untuk beberapa kondisi impor saat ini, tidak segampang yang kemarin-kemarin," ucapnya.
Sementara untuk pengadaan beras dari dalam negeri, kata Febby, sekarang harga Gabah Kering Panen (GKP) sudah di angka Rp7.500 per kg, apabila dikonversi menjadi beras harganya bisa mencapai di atas Rp12.000 per kg untuk beras medium.
"Berarti kalau beras premium itu sudah sekitar hampir Rp13.500-an (per kg) kalau dikonversikan dengan rendemen 60 atau 62 (persen)," jelas Febby.
Sedangkan, lanjutnya, beras di gudang Bulog yang harus dijual sekarang ini di pintu gudang adalah Rp9.950 per kg.
"Tapi sumbernya memang kita terus terang saja tidak bisa dari dalam negeri. Sekarang memang banyak mendapatkan beras dari luar negeri," tuturnya.
(dce/dce)