Internasional

Hasil 'Kopdar' Biden-Xi Jinping, Bahas AI hingga Taiwan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 16/11/2023 13:10 WIB
Foto: AP/Alex Brandon

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu dengan Pemimpin China Xi Jinping di luar San Francisco pada Rabu (15/11/2023). Dalam pertemuan tatap muka pertama mereka dalam setahun terakhir, keduanya membahas banyak hal.

"Kami kembali melakukan komunikasi yang langsung, terbuka, dan jelas," kata Biden pada konferensi pers setelah pembicaraan, seperti dikutip CNBC International.

Kedua pemimpin dilaporkan telah sepakat untuk melanjutkan komunikasi militer tingkat tinggi. China telah melakukan latihan militer di sekitar Taiwan, sementara angkatan lautnya terlibat dalam manuver agresif di Laut China Selatan (LCS) dalam perselisihan teritorial dengan Filipina.


AS ingin menghidupkan kembali komunikasi militer, terutama setelah beberapa insiden nyaris celaka di mana kapal China hampir bertabrakan dengan pasukan Amerika.

"Kesalahan perhitungan penting di kedua belah pihak dapat menyebabkan masalah nyata bagi negara seperti China atau negara besar lainnya," kata Biden pada konferensi pers pascapertemuan tersebut.

Kementerian Pertahanan China sebelumnya menolak panggilan telepon dengan Kementerian Pertahanan AS pada awal Februari setelah ditemukannya dugaan adanya balon mata-mata Beijing di wilayah udara AS. Insiden balon tersebut menunda perjalanan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke China selama lebih dari empat bulan.

Kedua negara juga berencana untuk membangun cara bagi pengemudi kapal dan pihak lain untuk mendiskusikan insiden dan praktik terbaik.

Laporan yang diterbitkan oleh media pemerintah China menambahkan dimulainya kembali perundingan militer semacam itu "atas dasar kesetaraan dan rasa hormat."

Masalah Taiwan

Dalam jumpa pers, Biden menegaskan kembali posisi AS bahwa Taiwan mempertahankan kedaulatannya, meskipun China mengklaim sebaliknya.

"Kami mempertahankan kesepakatan bahwa ada kebijakan Satu China dan saya tidak akan mengubahnya, itu tidak akan berubah. Itu kira-kira sejauh mana yang kita diskusikan," ujarnya.

Menurut media pemerintah China, Xi mengatakan dalam pertemuan bilateral tersebut bahwa Taiwan selalu menjadi isu yang "paling penting dan sensitif" dalam hubungan Beijing dengan AS.

Ia mengatakan dalam laporan tersebut bahwa China "menanggapi dengan serius" pernyataan-pernyataan positif yang dibuat AS selama pertemuannya dengan Biden tahun lalu di Indonesia.

"AS harus mengambil tindakan nyata untuk mencerminkan pendiriannya yang tidak mendukung 'kemerdekaan Taiwan', berhenti mempersenjatai Taiwan, dan mendukung reunifikasi damai China," lapor media pemerintah. "China pada akhirnya akan bersatu kembali dan pasti akan bersatu kembali."

Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan tidak mempunyai hak untuk melakukan hubungan diplomatik secara independen. AS mengakui Beijing sebagai satu-satunya pemerintahan China tetapi tetap mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taiwan, sebuah pulau dengan pemerintahan mandiri yang demokratis.

Artificial Intelligence, Fentanil, dan lainnya

Media pemerintah China juga mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan dialog antar pemerintah mengenai kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) hingga membentuk kelompok kerja mengenai pengendalian narkoba.

Selain itu, kedua negara juga ingin secara signifikan meningkatkan penerbangan antara kedua negara pada tahun depan dan memperluas pertukaran di berbagai bidang seperti pendidikan, bisnis dan budaya.

Pejabat senior pemerintah AS mengatakan China telah mengambil tindakan terhadap hampir 24 perusahaan yang membuat prekursor fentanil atau obat adiktif yang menyebabkan overdosis dan kematian di AS.

Biden mengatakan pada siaran pers pasca pertemuan bahwa kedua pemimpin sepakat bahwa produksi fentanil perlu "dibatasi secara substansial."

Namun mengenai kecerdasan buatan, pejabat tersebut mengatakan masih terlalu dini untuk membuat deklarasi bersama oleh kedua pemimpin, dan menekankan perlunya mencegah penggunaan AI yang salah dalam operasi militer atau nuklir.

Perdagangan dan Sanksi

Pemerintahan Biden telah mengumumkan pengendalian ekspor dan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan China sebagai upaya membatasi kontribusi perusahaan-perusahaan AS terhadap teknologi yang mendukung militer Beijing.

Menurut media pemerintah, Xi mencatat pengendalian ekspor, tinjauan investasi dan sanksi dalam pertemuan tersebut, dan menyerukan AS untuk mencabut sanksi dan menyediakan lingkungan non-diskriminatif bagi perusahaan-perusahaan China.

Sementara pejabat senior AS mengatakan Biden juga mengemukakan kesulitan seputar pelecehan perjalanan terhadap warga Amerika di China, dan lingkungan bisnis yang tidak ramah seperti di masa lalu.

Namun secara keseluruhan pejabat tersebut menggambarkan pertemuan itu lebih bersifat pribadi dibandingkan pertemuan terakhir kedua pemimpin.

Dalam sebuah unggahan di media sosial X, Biden menyebut hari pertemuannya dengan Xi adalah "salah satu diskusi paling konstruktif dan produktif yang pernah kami lakukan."

"Kami membangun landasan diplomasi antara negara kami selama beberapa bulan terakhir dan membuat kemajuan penting," pungkas Biden.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Xi Jinping Dan Putin Desak Israel dan Iran Akhiri Konflik