Gila! Israel Serbu RS Al-Shifa Gaza, Kepung UGD-Tank Tempur
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan Israel mengepung rumah sakit terbesar di Gaza, RS Al-Shifa, Rabu (15/11/2023). Pemerintah PM Benjamin Netanyahu mengklaim penggerbekan dilakukan guna menargetkan pusat komando Hamas di terowongan bawah tanah, tepat di bawah RS tersebut.
Dilaporkan bagaimana ribuan pasien dan warga sipil, yang mencari perlindungan dari serangan membabi-buta militer Israel, berada di RS tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan setidaknya 2.300 orang terdiri dari pasien, staf, dan warga sipil berada di sana.
Mengutip AFP, lusinan tentara Israel yang mengenakan masker, dilaporkan menembak ke udara. Mereka memerintahkan para pemuda untuk menyerah.
"Tank-tank di dalam kompleks dan lusinan tentara serta pasukan komando di dalam gedung darurat (UGD)," muat media Prancis itu mengutip seorang pejabat dari kementerian kesehatan Youssef Abu Rish.
Tentara Israel sendiri menyebut menyerbuan sebagai "operasi yang tepat dan tepat sasaran" terhadap Hamas di area tertentu. Hamas sendiri berulang kali membantah menyembunyikan markas di rumah sakit tersebut.
Serangan Israel itu juga datang setelah para dokter menggambarkan bagaimana parahnya kondisi RS. Bangunan itu disebut sudah sangat mengerikan, dengan prosedur medis yang dilakukan tanpa obat bius, keluarga-keluarga yang kekurangan makanan dan air tinggal di koridor, dan bau mayat yang membusuk memenuhi udara.
"Ada mayat berserakan di kompleks rumah sakit dan tidak ada lagi listrik di kamar mayat," kata direktur rumah sakit Mohammad Abu Salmiya Selasa, sebelum penggerebekan Israel.
Kemarin, badan kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan 40 pasien meninggal di Al-Shifa. Sebanyak 179 jenazah telah dikebumikan di kuburan massal di dalam kompleks tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza telah meminta komunitas internasional dan PBB untuk segera melakukan intervensi. Termasuk medesak agar Israel segera menghentikan operasi penyerbuannya.
Dalam pernyataan terbaru, pemerintah Gedung Putih Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali keprihatinannya terhadap keselamatan warga sipil tak lama setelah penggerebekan dimulai. Perlu diketahui sebelumnya intelijen AS sendiri turut mengklaim bahwa Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya, Jihad Islam, telah "mengubur" pusat komando dan kendali operasionalnya di bawah Al-Shifa.
"Kami tidak mendukung serangan udara terhadap rumah sakit dan kami tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Interogasi Dokter-Pasien Ketakutan
Sementara itu, dalam update terbaru Al-Jazeera, jurnalisnya Abu Shanab, yang berada di dalam kompleks al-Shifa selama operasi Israel, mengatakan orang-orang di dalam kompleks tersebut "ketakutan". Mereka diinterogasi secara brutal, dan mereka dipermalukan.
"Sejak tadi malam, ini adalah mimpi buruk yang tidak bisa dibayangkan," ujarnya dalam laporan telepon.
"Sebelum menyerbu kompleks tersebut, mereka telah menargetkan semua lantai, generator, unit komunikasi, dan sekarang kami tidak dapat melakukan kontak dengan dunia luar," katanya.
Dia menggambarkan kekacauan total sepanjang malam, dengan tembakan Israel yang terus-menerus berlanjut hingga pagi hari. Sekarang, katanya, orang-orang di dalam diinterogasi dengan kejam.
"Mereka menyuruh semua orang untuk naik ke lantai satu, lalu turun ke lantai bawah untuk penyelidikan dan kemudian mereka dipaksa untuk diinterogasi dan mereka telah melihat banyak penghinaan," ujar laporan itu.
"Saksi mata di kompleks al-Shifa mengatakan tidak ada perlawanan sama sekali dan rumah sakit hanya berisi dokter dan pasien serta pengungsi," lanjutnya.
(sef/sef)