Internasional

Eks Pejabat Militer Rusia Ramal Perang Nuklir dengan NATO

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 November 2023 10:20
Presiden Rusia Vladimir Putin menyaksikan latihan militer Vostok 2022 (Timur 2022) di tempat pelatihan Sergeyevsky di Wilayah Primorsky timur jauh, Rusia, Selasa (6/9/2022). Latihan militer gabungan itu diikuti oleh negara-negara yang bersahabat dengan Rusia seperti China, Belarusia, India, Mongolia dan Suriah. Lebih dari 50.000 tentara dan lebih dari 5.000 unit peralatan militer, termasuk 140 pesawat dan 60 kapal, dilibatkan dalam latihan tersebut. (Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin menyaksikan latihan militer Vostok 2022 (Timur 2022) di tempat pelatihan Sergeyevsky di Wilayah Primorsky timur jauh, Rusia, Selasa (6/9/2022). Latihan militer gabungan itu diikuti oleh negara-negara yang bersahabat dengan Rusia seperti China, Belarusia, India, Mongolia dan Suriah. Lebih dari 50.000 tentara dan lebih dari 5.000 unit peralatan militer, termasuk 140 pesawat dan 60 kapal, dilibatkan dalam latihan tersebut. (Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pensiunan pejabat militer Rusia belum lama ini menguraikan kemungkinan negaranya dapat terlibat dalam konflik nuklir dengan anggota aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Anton Gerashchenko, penasihat menteri dalam negeri Ukraina, membagikan klip pensiunan kolonel Rusia Mikhail Khodaryonok yang muncul di sebuah program berita yang membahas ketegangan dengan negara-negara di Laut Baltik.

Dalam klip tersebut, Khodaryonok memperingatkan Swedia, yang belum bergabung dengan NATO tetapi sedang dalam proses mencoba untuk bergabung, agar tidak melakukan perilaku antagonis terhadap Rusia.

Dia juga menyatakan bahwa ketegangan di kawasan dapat menyebabkan konflik nuklir yang tidak dapat dihindari dengan anggota NATO lainnya di kawasan tersebut.

"Meskipun demikian, hal ini pada kenyataannya akan menyebabkan konflik antara Federasi Rusia dan NATO," kata Khodaryonok, sebagaimana diterjemahkan oleh Gerashchenko pada Sabtu (11/11/2023), seperti dikutip Newsweek.

Adapun, ancaman Rusia terhadap potensi konflik nuklir dengan negara-negara Barat telah meningkat selama invasi negara tersebut ke Ukraina, yang dimulai pada akhir Februari 2022.

Banyak pejabat Kremlin, pemimpin militer, dan propagandis media yang dengan tegas menyatakan bahwa senjata nuklir dapat dikerahkan untuk melawan negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman, yang terus memberikan bantuan ke Ukraina.

"Dan konflik ini hanya bisa bersifat nuklir. Inilah sebabnya penduduk Stockholm dan Tallinn [ibu kota Estonia] bisa ditanya, 'Apakah Anda memerlukannya?' Apakah Anda membutuhkannya? Pernahkah Anda membayangkan ledakan nuklir bawah air di pinggir jalan Tallinn atau Stockholm, yang akan menyapu kota Anda dalam gelombang? Apakah Anda bahkan membayangkan bahwa seluruh Laut Baltik dapat dipenuhi ranjau kita?" tambahnya.

"Kami mungkin akan membuang begitu banyak ranjau sehingga Anda memerlukan waktu 10 tahun untuk menjinakkan ranjau tersebut, jika Anda masih mempunyai kapasitas dan sarana untuk melakukannya."

Swedia adalah salah satu dari segelintir negara Eropa, selain Ukraina dan Georgia, yang diakui NATO sebagai calon anggota. Mereka telah berusaha untuk bergabung dengan aliansi tersebut sejak awal tahun ini setelah terhambat oleh keberatan dari Turki.

Pada Juli, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membatalkan penolakannya terhadap aksesi Swedia ke NATO. Finlandia secara resmi diterima pada April, sementara negara-negara Baltik lainnya seperti Polandia, Estonia, dan Latvia, diterima antara tahun 1999 dan 2004.

Beberapa ahli mengatakan bahwa bergabungnya Swedia dalam aliansi tersebut akan mengubah Laut Baltik menjadi "Danau NATO" yang sangat menghambat kemampuan Rusia untuk mengoperasikannya.

Pasal 5 perjanjian NATO menyatakan negara-negara anggota akan memandang serangan terhadap salah satu dari mereka sebagai serangan terhadap semua negara dan memberikan bantuan militer yang diperlukan sebagai tanggapan. Oleh karena itu, serangan Rusia terhadap salah satu anggota ini dapat menyebabkan konflik internasional yang lebih luas.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Putin Ngamuk, Erdogan Sah Izinkan Swedia Gabung NATO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular