Duh! Ikan RI Kena Pajak Tinggi di Eropa, KKP Mau Lakukan Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Kamis, 09/11/2023 18:35 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan, saat ini Uni Eropa masih memberlakukan kebijakan tarif ekspor yang tinggi untuk produk hasil perikanan Indonesia.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo mengatakan Indonesia memiliki Generalized System of Preferences (GSP) atau kebijakan perdagangan suatu negara yang memberi pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor negara penerima, sehingga tarif bea masuk produk Indonesia ke Uni Eropa menjadi sedikit lebih turun dibandingkan dengan tarif normalnya.

"Produk Indonesia masih (kena pajak tinggi). Tapi kan kita punya GSP ya. Jadi agak sedikit turun dibandingkan dengan yang biasa, yang normal tarif," ungkap Budi saat ditemui di Cold Storage 1000 Ton Muara Baru, Jakarta Utara, Kamis (9/11/2023).


"Misalnya, untuk tuna itu kalau normal tarifnya 24%, kita dapat 20,5%. Itu kita mendapatkan preferensi tarif dari Uni Eropa, sehingga untuk negara-negara seperti Indonesia (negara berkembang) mendapatkan itu," tambahnya.

Foto: Potret Ekspor Produk Perikanan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Potret Ekspor Produk Perikanan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Namun, Indonesia tidak mudah puas diri mendapatkan pengurangan tarif. Untuk itu, rencana ke depannya KKP akan terus mendorong Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), sehingga diharapkan nantinya tarif bea masuk tersebut bisa menjadi 0%.

"Jadi rencana ke depan kita ada IEU-CEPA, mudah-mudahan jadi 0% nantinya. Pertahankan diskusi (salah satu upayanya). IEU-CEPA kan perundingan gak bisa sekali dua kali, harus terus menerus," terang Budi.

Selain mendorong IEU-CEPA, upaya lain yang dilakukan KKP ialah meningkatkan kualitas dari produk hasil perikanan supaya lebih bersaing. Dengan demikian, produk hasil laut dan perikanan Indonesia menjadi dibutuhkan oleh Uni Eropa sehingga Indonesia memiliki bargaining atau tawar menawar yang kuat.

"Kita juga harus mempunyai komoditas yang bersaing, ya kan. Nanti komoditas hasil perikanan yang dibutuhkan oleh mereka. Sehingga kita punya bargaining yang kuat," pungkasnya.


(wur/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Setelah 9 Tahun, Perundingan IEU-CEPA Capai Tahap Akhir