Pangkalan Militer AS Dibombardir Serangan, Drone hingga Rudal
Jakarta, CNBC Indonesia - Pangkalan militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan dibombardir serangan dalam sebulan terakhir. Ini terjadi di tengah gempuran Israel ke Gaza, Palestina, yang telah menewaskan sedikitnya 10.500 orang.
Dimuat VOA, dikutip Kamis (9/11/2023), setidaknya ada 38 kali serangan drone dan roket dalam waktu kurang dari sebulan. Termasuk enam serangan dalam dua hari terakhir, di Irak dan Suriah.
Sebagian besar serangan ini telah, digagalkan oleh militer AS atau gagal mencapai sasarannya. Sehingga tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan infrastruktur.
Namun beberapa serangan telah melukai 46 personel militer AS. Ini, tegas Pentagon, dua kali lipat jumlah cedera yang dilaporkan dalam serangan-serangan sebelumnya.
"Ini bisa berupa terkena pecahan peluru, sakit kepala, lubang di gendang telinga, tinitus (telinga berdeging), hingga cedera di pergelangan kaki," kata sekretaris pers Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder.
"Ada pula yang terkena cedera otak traumatis," tegasnya.
Secara rinci disebut ada empati serangan yang membuat luka serius pasukan AS. Yakni serangan drone di di Pangkalan Udara Al-Harir di Irbil, di mana drone jatuh sebelum meledak, lalu dua serangan multidrone di Pangkalan Udara Al-Asad di Irak barat dan serangan multidrone di garnisun Al-Tanf di Suriah.
"Semua personel yang terluka kembali bertugas setelah mengalami cedera," kata Ryder lagi.
"Namun, dua personel AS yang telah dirawat karena cedera otak traumatis dan kembali bertugas kemudian dikirim ke Landstuhl Regional Medical Center di Jerman untuk pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.
Sebelumnya, beberapa anggota parlemen AS pekan lalu menyampaikan kekhawatiran bahwa tanggapan pertama militer terhadap serangan di Irak dan Suriah tidak cukup kuat. Masih dikutip dari laman yang sama, dikatakan bahwa belum ada pencegahan yang memadai.
"Jika kita tidak memiliki ... pencegahan yang kredibel terhadap Iran, serangan-serangan ini akan meningkat," kata Senator AS asal partai Republik Marco Rubio.
"Serangan ini akan terjadi lebih cepat, akan menyebar ke luar Suriah dan Irak, dan akan melibatkan persenjataan yang semakin canggih dan legal. Itu adalah ketakutan terbesar saya," tambahnya.
AS telah mengerahkan lebih dari 1.200 tentara ke Timur Tengah untuk melindungi pasukan AS di Irak dan Suriah. Ini juga menjadi langkah antisipasi negeri itu, untuk mencegah proksi Iran memperluas perang, seperti di Gaza, dan memperluas konflik di Israel.
Serangan Baru ke Kedutaan AS
Sementara itu, serangan juga dilaporkan menargetkan kedutaan AS di Baghdad. Sirine, menurut sumber Reuters, berbunyi di Zona Hijau tempat kedutaan berada.
"Sirene berbunyi di kedutaan AS pada Rabu malam, kata beberapa orang di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad, tempat kedutaan berada," tulis media itu mengutip sumber.
"Tetapi tidak ada laporan mengenai dampak proyektil atau korban jiwa," katanya.
Namun hal ini belum bisa dikonfirmasi secara independen. Di malam yang sama, sebuah serangan baru juga terjadi di pangkalan udara di al-Hair.
Kelompok "Perlawanan Islam di Irak" telah mengaku bertanggung jawab dan menyebut serangan sebagai respons terhadap dukungan AS terhadap Israel dalam perang melawan Hamas. Perdana Menteri (PM) Irak Mohammed al-Sudani telah berjanji mengejar mereka yang bertanggung jawab.
(sef/sef)