Kantong Orang RI Makin Tipis Pak Jokowi, Ini Paling Menderita

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
08 November 2023 07:25
Jokowi bagi-bagi bansos beras di di Kantor Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Provinsi Banten, pada Selasa, 12 September 2023. (Dok. Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Jokowi bagi-bagi bansos beras di di Kantor Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Provinsi Banten, pada Selasa, 12 September 2023. (Dok. Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat ekonomi terbawah atau orang miskin menjadi kelompok masyarakat yang daya belinya paling tergerus oleh kenaikan harga di akhir tahun 2023. Bantuan beras dan bantuan langsung tunai (BLT) dari Presiden Jokowi dianggap kurang kuat mengungkit daya beli orang miskin di Indonesia.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan perlambatan daya beli masyarakat miskin itu terlihat dari indeks keyakinan konsumen. Menurut dia, masyarakat dengan penghasilan Rp 3 juta ke bawah menjadi kelompok yang paling tertekan.

"Kalau lihat perlambatan di indeks keyakinan konsumen, akan terlihat yang berpenghasilan Rp 3 juta ke bawah yang paling tertekan," kata dia saat dihubungi, Selasa (7/11/2023).

Tauhid mengatakan tekanan kepada daya beli masyarakat miskin disebabkan utamanya oleh inflasi makanan pokok, seperti beras dan cabai rawit. Badan Pusat Statistik (BPS) pada rilis bulan Oktober 2023 menyebut kenaikan harga beras memberikan kontribusi paling besar baik secara bulanan maupun tahunan.

"Itu karena harga pangan bergerak naik, sehingga daya beli mereka tergerus," tambah Tauhid.

Pelemahan daya beli masyarakat ini juga terekam dalam realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023. BPS menyatakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia pada kuartal ini hanya 4,94%, atau di bawah target pemerintah yang di atas 5%.

Pelemahan daya beli yang mempengaruhi tingkat konsumsi menjadi salah satu penyebab target pertumbuhan pemerintah meleset. Untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah menyiapkan sejumlah paket kebijakan di antaranya bantuan sosial beras 10 kilogram pada Desember dan bantuan langsung tunai (BLT) El Nino sebanyak Rp 400 ribu kepada 18,8 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Menurut Tauhid, pemerintah terlambat merespons penurunan daya beli masyarakat ini. Selain itu, dia menilai bantuan sosial yang disiapkan juga tidak cukup signifikan.

"Bantuan sosial yang diberikan tidak cukup mampu dan tidak signifikan, bahkan mengalami keterlambatan, sehingga pemberian bansos tidak bisa menekan penurunan daya beli," kata dia.

Setali tiga uang, Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Jahen F. Rezki menilai masyarakat kelompok menengah ke bawah akan menjadi yang palin tertekan oleh penurunan daya beli ini. Terlebih, kata dia, inflasi terjadi karena faktor kenaikan harga pangan.

"Masyakat yang terdampak kemungkinan besar adalah kelompok menengah ke bawah. Apalagi karena faktor kenaikan harga pangan," kata dia.

Di luar hal tersebut, Jahen mengatakan perubahan tren konsumsi pada triwulan III memang normal terjadi. Sebab, masyarakat sudah jor-joran melakukan konsumsi pada triwulan II 2023.

"Ini juga faktor seasonal yang terjadi pada Q3 2023, di mana konsumsi dan PDB akan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya," kata dia.

Ekonom senior sekaligus mantan Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati memberikan catatan tebal pada adanya tanda-tanda pelemahan konsumsi pada kuartal III 2023. Dia mengatakan penyebab pelemahan daya beli masyarakat itu adalah inflasi bahan makanan.

Anny mengatakan inflasi pada sektor ini telah menyebabkan daya beli terutama masyarakat menengah dan miskin menjadi makin tergerus. "Ini yang harus kita cermati karena kaitannya dengan daya beli di masyarakat bawah dan miskin," ujarnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Gak Ada Bansos, Orang Miskin RI Bisa Naik Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular