Internasional

Rusia Siapkan 'Kado' Musim Dingin untuk Ukraina, Ini Isinya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 07/11/2023 16:25 WIB
Foto: AFP/ALEXANDER NEMENOV

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dilaporkan sedang menyetok persediaan senjata yang cukup besar. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan serangan musim dingin kepada Ukraina.

Perwakilan Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina (HUR), Vadym Skibitskyi, mengatakan bahwa Rusia telah memproduksi 115 rudal presisi tinggi untuk meningkatkan persediaan musim dingin Moskow selama bulan Oktober saja.

"Rudal jelajah yang baru diproduksi konon mencakup 40 Kh-101, 20 Kalibrs, 12 Iskander-K dan sembilan Kh-32. Senjata-senjata tersebut juga dikatakan mencakup 30 rudal balistik Iskander-M dan empat rudal balistik Kinzhal yang diluncurkan dari udara," paparnya dikutip Newsweek, Selasa (7/11/2023).


Skibitskyi mengatakan bahwa Rusia berencana melancarkan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina ketika konsumsi listrik mencapai puncaknya selama awal cuaca dingin. Ia meramalkan bahwa pasukan Putin akan kesulitan untuk mencapai hasil yang mereka harapkan.

"(Militer Rusia) menunggu suhu turun di bawah nol. Ini jelas bukan serangan primitif seperti tahun lalu... kami juga mempersiapkan dan memahami cara serangan tersebut beroperasi, apa yang mereka pengintaian, dan oleh karena itu, mengambil tindakan untuk melindungi sistem energi kami," tuturnya.

Rusia meluncurkan lebih dari 100 rudal ke Ukraina pada bulan September, tetapi hanya 40 rudal pada bulan Oktober, menurut Ukrainska Pravda. Media tersebut mengklaim bahwa Moskow mampu memproduksi hingga 120 rudal jarak jauh per bulan.

Pada bulan September, Kementerian Pertahanan Inggris memperingatkan bahwa Rusia sedang membangun persediaan rudal jelajah yang diluncurkan melalui udara dalam jumlah yang signifikan. Moskow juga disebut meningkatkan produksi rudal dan mengurangi jumlah senjata sebelum musim dingin.

Drone adalah komponen penting lain dari persenjataan Rusia untuk serangan udara. Drone "kamikaze" Shahed-136 buatan Iran telah sering digunakan selama perang, termasuk selama serangan tahun lalu terhadap infrastruktur energi Ukraina.

Namun, pasokan drone Iran dari Rusia telah berkurang, karena drone tersebut meledak tepat sasaran atau dihancurkan oleh pasukan Ukraina.

"Rusia baru-baru ini mulai meningkatkan produksi drone buatan dalam negeri dengan menggunakan komponen yang dipasok dari Iran. Terlepas dari itu, Moskow dikatakan gagal mencapai target yang diharapkan untuk membuat 200 drone per bulan," tambah Skibitskyi.

Serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina dimulai sejak 24 Februari 2022 lalu. Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer Barat pimpinan AS, NATO, yang notabenenya merupakan rival dari Moskow.

Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina. Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.

Sejauh ini menguasai Rusia sekitar 18% wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang dianeksasi pada tahun 2014. Moskow bahkan telah menempatkan pemerintah di sebagian besar wilayah yang direbutnya itu.

Di sisi lain, Ukraina telah berjuang untuk mendapatkan kembali sebagian wilayah yang hilang dan telah merebut kembali beberapa desa, namun belum membuat terobosan signifikan terhadap garis pertahanan Rusia yang dijaga ketat dan dipenuhi ranjau darat.

Ukraina mengatakan mereka tidak akan berhenti sampai setiap tentara Rusia diusir dari wilayahnya. Negara-negara Barat yang dipatroni Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka ingin membantu Ukraina mengalahkan Rusia, sebuah tujuan yang menurut para pejabat Kremlin hanyalah sebuah angan-angan yang tidak realistis.=


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Damai Dengan Ukraina, Rusia Beri Syarat Penyerahan Wilayah