Produksi Anjlok, Cara Nguras Minyaknya Masih Selow!

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 07/11/2023 13:55 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo menilai implementasi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) pada lapangan migas RI masih cukup lambat. Padahal, cara ini dianggap cukup penting untuk mengerek kenaikan produksi, terutama pada lapangan minyak yang sudah tua.

Menurut Hadi, penurunan produksi terjadi lantaran lapangan-lapangan migas di Indonesia saat ini sudah cukup berumur. Adapun dari semua lapangan minyak yang ada, sekitar 60-70% merupakan lapangan yang sudah uzur alias tua.

Oleh sebab itu, Hadi menilai masih ada kesempatan bagi pemerintah untuk menaikkan produksi minyak nasional. Beberapa di antaranya yakni dengan menggalakkan kegiatan eksplorasi dan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).


"Pemerintah dalam hal ini masih belum mempersiapkan roadmap yang baik terkait dengan eksplorasi dan EOR. EOR itu sangat sangat slow sekali perkembangannya," kata Hadi dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (7/11/2023).

Padahal, Hadi membeberkan, melalui teknologi ini bisa memberikan tambahan produksi minyak sekitar 200-300 ribu barel per hari untuk lima tahun ke depan. Sementara, apabila pemerintah menggalakkan kegiatan eksplorasi secara masif, maka RI bakal menemukan lapangan baru.

"Kita bisa menemukan lapangan yang baru menghasilkan rencana pengembangan alias PoD, bisa menghasilkan produksi, bisa menambah signifikan. Kelihatannya eksplorasi belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah," bebernya.

Sebagaimana diketahui, produksi minyak nasional hingga kini masih belum menunjukkan tren kenaikan yang positif. Padahal, pergantian tahun dari 2023 menuju 2024 semakin dekat.

Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi minyak nasional harian per 5 November baru mencapai 586.110 barel per hari (bph). Sementara pemerintah memasang target produksi lifting minyak dalam APBN 2023 di level 660 ribu bph. Artinya, produksi minyak nasional baru 89% dari target tahun ini.

Bila dirunut ke belakang, produksi minyak nasional ini bahkan di bawah produksi pada 1968 di mana produksi pada tahun ini baru sebesar 599.000 bph.

Produksi minyak RI pada 1968, berdasarkan data BP Statistical Review, tercatat mencapai 599.000 bph, sebelum mengalami kenaikan terus-menerus yang mencapai masa puncak produksi pada 1977 sebesar 1.685.000 bph, lalu puncak produksi ke-2 sebesar 1.669.000 bph pada 1991, hingga kemudian terus mengalami penurunan secara bertahap.

Adapun sebelum 1968, produksi minyak RI masih berada di level 400 ribuan barel per hari.

Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan masih terdapat sisa cadangan minyak tertinggal dalam reservoir dengan jumlah yang cukup besar. Bahkan, jumlahnya digadang-gadang mencapai 40 miliar barel.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan pihaknya mempunyai beberapa strategi untuk dapat mengurangi impor minyak mentah, utamanya melalui upaya peningkatan produksi di sektor hulu.

Beberapa di antaranya melalui secondary recovery dengan penggunaan water flood, EOR, chemical, panas, elektrik, bakteri, dan vibrasi pada sumur sumur minyak di Indonesia.

"Itu kita masih punya cadangan minyak itu 40 miliar barel yang belum bisa kita angkat sesudah ditemukannya minyak ini, nah itu dengan cara nanti saya sebutkan tadi," kata Djoko dalam Road to CNBC Indonesia Award 2023 Best Energy, Selasa (31/10/2023).

Selain itu, untuk menekan impor minyak, pemerintah saat ini juga menggalakkan penggunaan kendaraan listrik di masyarakat. Berbagai macam regulasi untuk mendukung terciptanya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia pun sudah diterbitkan.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Siapkan Gebrakan Menuju Produksi Minyak 1 Juta Bph