Internasional

Israel Menggila! Desa Kristen Lebanon Bersiap Hadapi Perang

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
02 November 2023 20:30
Toni Elias, 40, pendeta dari desa Kristen Rmeish membaca, di tengah ketegangan antara Israel dan Hizbullah, di gereja Saint George di desa Selatan Rmeish, Lebanon 31 Oktober 2023. (REUTERS/Zohra Bensemra)
Foto: Toni Elias, 40, pendeta dari desa Kristen Rmeish membaca, di tengah ketegangan antara Israel dan Hizbullah, di gereja Saint George di desa Selatan Rmeish, Lebanon 31 Oktober 2023. (REUTERS/ZOHRA BENSEMRA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara kelompok pejuang Palestina dan Israel telah meluas. Hamas kali ini mendapatkan sokongan dari kelompok bersenjata penguasa Lebanon, Hizbullah, yang akhirnya mendorong Tel Aviv untuk ikut menyerang tetangganya di Utara itu.

Di perbatasan Lebanon dengan Israel, penduduk sebuah desa Kristen bernama Rmeich berharap perang dapat dihindari bahkan ketika mereka bersiap menghadapi kemungkinannya. Desa itu sendiri berjarak beberapa kilometer saja dari perbatasan.

Setengah dari penduduknya telah melarikan diri ke Utara sejak peluru mulai menghantam perbukitan di dekatnya. Dengan terganggunya panen zaitun, mata pencaharian warga juga terkena dampak konflik terberat antara Hizbullah dan Israel sejak 2006 ini.

Mereka yang tetap tinggal di Rmeich tampaknya enggan untuk membahas krisis politik yang telah membawa konflik ke depan pintu rumah mereka, dan berusaha menjaga keadaan normal di desa yang gerejanya pada abad ke-18 masih mengadakan misa tiga kali sehari.

"Saya tidak mengatakan kami merasa aman tetapi situasinya stabil," kata pendeta desa Toni Elias kepada Reuters, Kamis (2/11/2023), ketika sebuah pesawat tak berawak militer terbang di atas kepala

"Jika kami tidak mendengar suara drone, kami pikir sesuatu yang aneh sedang terjadi. Kami sudah terbiasa mendengarnya setiap hari, 24 jam."

Rmeich adalah salah satu dari sekitar selusin atau lebih desa Kristen di dekat perbatasan dengan Israel di Lebanon Selatan yang mayoritas penduduknya Muslim Syiah. Selama perang tahun 2006, sekitar 25.000 orang dari kota-kota sekitar mencari perlindungan di Rmeich.

Kenangan akan konflik tahun 2006 masih membayangi. Penduduk lokal Rmeich dan badan amal telah mendirikan rumah sakit darurat di sebuah sekolah, jika bentrokan antara Hizbullah dan Israel menjadi lebih buruk.

"Kami tidak akan menggunakannya kecuali ada perang dan jalan ditutup, dan Insya Allah hal ini tidak akan terjadi," kata Georges Madi, seorang dokter dari desa tersebut.

Ketegangan ini membebani perekonomian lokal. Konflik ini menambah kesulitan bagi masyarakat yang masih menderita dampak keruntuhan keuangan Lebanon empat tahun lalu.

Meskipun para petani sudah bisa memanen hasil panen tahun ini, mereka khawatir apakah mereka bisa menanamnya tahun depan. Apalagi, bisnis di Rmeich secara umum terhenti.

"Jika perang berkepanjangan, kami tidak bisa tinggal di sini. Tidak ada pekerjaan atau uang," kata Charbel Al Alam, yang mencari nafkah dari pertanian tembakau.

"Pada perang tahun 2006, tanaman tembakau di ladang mengering dan tidak ada yang bisa memanennya. Tidak ada yang memberi kompensasi kepada kami."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fakta-Fakta Kekuatan Hizbullah & Peluang Perang Lawan Israel

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular