Perlu Insentif, Ini Tantangan Penggunaan Bioavtur

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
Kamis, 02/11/2023 17:50 WIB
Foto: Avtur dari Campuran Sawit Diuji Coba ke Pesawat.

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia baru saja mengukir sejarah baru di industri penerbangan udara. PT Garuda Indonesia Tbk sukses menerbangkan pesawat dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada 28 Oktober 2023 lalu.

Namun, penggunaan SAF dalam bentuk bioavtur ini bukan tanpa tantangan. Penggunaan SAF ini diproyeksi menambah beban bagi maskapai dan konsumen.

Aika Yuri Winata, GM Green Energy, Apical Group mengungkapkan biaya tambahan dari adopsi SAF diperkirakan akan mencapai miliaran dan triliunan dolar bagi produsen bahan bakar.


"Ini mengakibatkan kenaikan sebesar US$ 3 hingga US$ 14 pada tiket rata-rata pada tahun 2030 dan US$ 13 hingga US$ 38 pada tahun 2050 untuk perjalanan udara yang lebih berkelanjutan," ungkap Aika dalam paparan di sesi I, IPOC 2023, Kamis (2/11/2023).

Kendati demikian, dia menilai SAF muncul sebagai alternatif yang paling menjanjikan dan layak untuk bahan bakar pesawat konvensional agar mampu mengurangi emisi CO2 hingga 90%.

"Meskipun saat ini hanya menyumbang kurang dari 0,1% dari penggunaan bahan bakar pesawat," katanya.

Adapun, untuk mempercepat adopsi SAF dan melakukan dekarbonisasi perjalanan udara, penting untuk memanfaatkan kekuatan wilayah ASEAN.

Hal ini mencakup ketersediaan dan aksesibilitas limbah dan sisa, potensi penghematan GHG yang signifikan, derivasi dan produksi yang berkelanjutan, serta keterlibatan aktif dalam industri.

"Negara-negara ASEAN secara kolektif menawarkan lebih dari 16 juta metrik ton minyak limbah dan sisa setiap tahun, dengan bahan baku potensial seperti minyak jelantah, limbah pabrik kelapa sawit, minyak tandan buah kosong, dan distilasi asam lemak kelapa sawit," ungkapnya.

Sementara itu, dia menegaskan harga relatif dan penghematan GHG untuk bahan baku ini adalah pertimbangan kunci untuk produksi SAF.

Aika menilai akselerasi pengembangan SAF di ASEAN memerlukan intervensi kebijakan, termasuk mandat dan skema insentif, menyelaraskan kebijakan dengan standar internasional, dan mengimplementasikan pembiayaan berkelanjutan melalui kebijakan dan pinjaman penerbangan.

"Sinyal permintaan yang lebih kuat dari berbagai pemain pasar, seperti maskapai, pengangkut kargo udara, dan konsumen, akan mendorong peningkatan produksi, yang pada akhirnya akan mengurangi biaya SAF lebih mendekati bahan bakar pesawat konvensional," tegasnya.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Benahi Layanan Kesehatan, Dorong Obat Lokal & BPJS