Alasan Indonesia Berpotensi Gagal Jadi Negara Maju

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
29 October 2023 14:30
Pegiat alam bebas mengibarkan bendera merah putih pada HUT ke-78 RI di lokasi bekas tambang kapur, Tebing Arpam, Gua Sigugula, Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Pegiat alam bebas mengibarkan bendera merah putih pada HUT ke-78 RI di lokasi bekas tambang kapur, Tebing Arpam, Gua Sigugula, Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia memproyeksikan Indonesia berpotensi gagal menjadi negara maju pada 2045. Hal tersebut termuat dalam White Paper bertajuk Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029.

Dalam White Paper itu, Indonesia disebut belum memenuhi syarat cukup dan syarat perlu untuk menuju negara berpendapatan tinggi. Layaknya negara China, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brazil, ketika mereka pertama kali masuk dalam kelompok negara berpendapatan tinggi.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi RI terbilang stagnan dan tidak pernah jauh di atas level kisaran 5%, pertumbuhan kredit per tahun pun tak pernah tembus 15%, rasio pajak terhadap PDB tak pernah melampaui 11% dan bahkan hanya 9,9% satu dekade terakhir, hingga kontribusi industri terhadap PDB yang terus merosot hingga kini di level 18% dan kemiskinan ekstrem yang persisten di level 1,7%.

Dekan FEB UI, Teguh Dartanti salah satu penulis dalam whiter paper tersebut mengungkapkan dibanding fokus pada obsesi menjadi negara berpendapatan tinggi, pemerintahan saat ini atau pemerintahan mendatang lebih baik fokus mengentaskan kemiskinan, menurunkan ketimpangan dan, membangun kelas menengah yang kuat dan inovatif.

"Saya rasa ini catatan-catatan yang sangat kritis, apakah mimpi itu realistis atau bukan, atau kita perlu berpikir ulang Indonesia Emas 2045 atau Indonesia Emas 2045," kata Teguh saat memberikan pidato kunci dalam acara peluncuran White Paper tersebut, dikutip Minggu (30/10/2023).

Kepala LPEM Chaikal Nuryakin menambahkan, kondisi perekonomian Indonesia yang terbilang stagnan itu seperti menandakan bahwa jalan Indonesia menuju 2045 saat ini seperti tengah membentur atap kaca di mana pun melangkah.

Ia pun mengingatkan pentingnya strategi cadangan untuk menavigasi perekonomian Indonesia jika gagal menjadi negara maju 2045.

"Kira-kira kalau tidak jadi negara maju apa yang harus kita lakukan?" ucap Chaikal dalam kesempatan yang sama.

LPEM pun menyarankan, termasuk kepada capres dan cawapres mendatang supaya menyiapkan opsi kedua jika Indonesia gagal menjadi negara maju pada 2045, yakni menyiapkan kelas menengah Indonesia yang merupakan pemilik porsi 40-80% dalam total penduduk Indonesia kuat secara ekonomi dan inovatif.

"Kelas menengah kita akan sangat besar, jadi harus disiapkan kelas menengah yang kuat dan inovatif. Kalaupun 2045 kita tidak menjadi negara maju, kita memiliki kelas menengah yang kuat dan produktif," ucap Chaikal.

Penguatan itu dapat dilakukan dengan cara peningkatan kesetaraan kesempatan dan akses pendidikan maupun kesehatan yang berkualitas, pekerjaan sektor formal, infrastruktur dasar, serta jaminan sosial menyeluruh. Ini menurutnya akan menjadi modal utama dan satu-satunya untuk mewujudkan mimpi Indonesia Emas.

LPEM pun mengingatkan supaya laju pertumbuhan ekonomi masa pemerintahan Presiden Joko Widodo pada periode kedua kepemimpinannya yang tidak inklusif, tidak terulang. Seperti program pemerintahannya yang terlalu fokus pada 20% kelompok terbawah, dan 10% kelompok teratas, namun melupakan kelompok kelas menengah yang porsinya 40-80% dari total penduduk.

"Ini mungkin agak pesimistis, tapi ini baik untuk mempersiapkan kelas menengah yang kuat dan inovatif. Sehingga kita bisa membuat Indonesia negara maju 20 tahun ke depan atau 2065," tegas Chaikal.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Megawati Tetap Jaga Gibran dan Bobby, Ini Kata Politikus PDIP

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular