Analisis Prabowo Pilih Gibran Jadi Cawapres, Ada Faktor Kuat

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
29 October 2023 11:30
Psangan bakal capres-cawapres Prabowo Subianto dan Gobran Rakabuming Raka tiba untuk menjalani tes kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (26/10/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Psangan bakal capres-cawapres Prabowo Subianto dan Gobran Rakabuming raka tiba untuk menjalani tes kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (26/10/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Psangan bakal capres-cawapres Prabowo Subianto dan Gobran Rakabuming Raka tiba untuk menjalani tes kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (26/10/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Analis politik mengungkapkan alasan Koalisi Indonesia Maju (KIM) menetapkan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi calon presiden (capres), Prabowo Subianto.

Analis politik dari Universitas Bakrie, Muhammad Tri Andika, mengatakan bahwa berdasarkan analisisnya, secara normatif KIM menetapkan Gibran sebagai cawapres dengan sejumlah pertimbangan elektoral, teritori, dan regenerasi politik anak muda.

"Saya melihat dipilihnya Gibran lebih terkait dengan kebutuhan mendasar Prabowo dalam Pilpres 2024, yakni perasaan insecure Prabowo berdasarkan pengalamannya di Pemilu 2014 dan 2019," ujar Andika dalam analisisnya, dikutip Minggu (29/10/2023).

Berdasarkan sejarah politik Indonesia, Andika menjelaskan bahwa Prabowo memiliki catatan sebagai salah satu tokoh politik berkarier panjang dan pernah dan akan maju sebagai cawapres dan capres sebanyak empat kali, yakni pada 2009, 2014, 2019, dan 2024.

Meskipun memiliki tren elektabilitas yang meningkat dari pemilu ke pemilu, "takdir" Prabowo sebagai presiden belum kunjung tiba. Menurutnya, ada sejumlah faktor di balik kekalahan Prabowo pada Pemilu 2014 dan 2019, yakni mulai dari strategi kampanye, perang narasi, hingga sosok cawapres.

"Namun, dari faktor yang ada, saya mengamati faktor yang paling sering diangkat di setiap pemilu adalah faktor "kecurangan" penyelenggaraan pemilu. Inilah yang saya lihat menjadi sumber political insecurity seorang Prabowo," kata Andika.

"Sehingga tidak heran jika di Pemilu 2014 dan 2019, hasil pemilu presiden selalu diiringi dengan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK)," lanjutnya.

Andika menilai, dua kali pemilu yang kerap diiringi dengan gugatan ke MK menandakan bahwa Prabowo memiliki catatan serius tentang penyelenggaraan pemilu, khususnya pilpres, yang diduga kental dengan praktik kecurangan.

"Inilah yang saya lihat menjadi faktor penting di alam bawah sadarnya seorang Prabowo. Dari premis ini, tidak heran jika keamanan dan kenyamanan proses pemilu, menjadi faktor kunci kemenangan Prabowo di Pilpres 2024. Dan itu hanya bisa diperoleh oleh Prabowo, jika dukungan Presiden Jokowi tidak terbelah kepada siapapun kecuali kepada dirinya," papar Andika.

Menurut Andika, meskipun berisiko bagi Prabowo, menjadikan Gibran sebagai cawapres adalah opsi yang paling realistis dan taktis dengan harapan dapat mengatasi trauma kecurangan dan manipulasi di setiap Pemilu yang pernah diikutsertakan.

Terlebih, Andika mengatakan bahwa peluang Prabowo untuk menang di Pilpres 2024 bisa dibilang lebih besar dibanding 2014 dan 2019. Berdasarkan hasil survei banyak lembaga, termasuk survei yang dilakukan oleh Poligov sejak Maret 2023, dalam simulasi head to head Prabowo dan Ganjar, elektabilitas Prabowo konsisten di atas Ganjar dengan jarak 3-9 persen.

Dengan hasil survei tersebut, Prabowo tentunya melihat hal itu sebagai modal kuat untuk menang. Namun, keunggulan tersebut tentu bisa berubah jika Prabowo tidak bisa memastikan keamanan dan kenyamanan politik dalam penyelenggaran pemilu.

"Sehingga di luar alasan konflik kepentingan putusan MK yang penuh dengan aroma nepotisme dan isu politik dinasti bagi Prabowo, menjadikan Gibran yang notabenenya putra Presiden Jokowi sebagai wapres adalah jalan terbaik untuk mendapatkan garansi politik untuk terhindar dari potensi kecurangan dan penyalahgunaan aparat negara yang selama ini kerap menghantui dirinya," kata Andika.

"Itu sebabnya, selain pertimbangan taktis elektoral, Gibran juga merupakan jawaban dari perasaan insecure Prabowo," lanjutnya.

Meskipun demikian, Andika menyebutkan bahwa majunya Gibran sebagai cawapres bukan berarti tidak mengandung persoalan serius. Dengan status sebagai putra Presiden, potensi penyalahgunaan instrumen negara akan selalu ada.

"Kita berharap itu tidak terjadi. Publik akan sangat mewaspadai Presiden Jokowi agar dapat menempatkan dirinya dalam posisi yang netral dan mampu menahan diri dari berbagai godaan penyalahgunaan kekuasaan yang dimilikinya demi kepentingan putranya," ujar Andika.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDIP Tunggu Etika Politik Gibran Usai Jadi Cawapres Prabowo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular